Finally....... J-A-P-A-N !!!!!!!!!
Have you ever made a list of countries you really want to visit?
For me, yes i have. I already write list of country i want to visit. 😋😋
And one of the country listed in my list is JAPAN.
Ya si negeri Sakura yang terkenal dengan anime dan segala kecanggihan teknologinya.
Ya si negeri Sakura yang terkenal dengan anime dan segala kecanggihan teknologinya.
Tanggal 26 Mei - 2 Juni kemaren, gue akhirnya kesampaian untuk nyambangin si negeri Sakura itu.
How does it feel????
One word, AMAZING!!!
😂😂😂😂
Jadi ceritanya, pas awal Januari lalu (baru aja masuk tahun baru 😆😆), gue pengen banget untuk jalan-jalan ke luar negeri. Hitung-hitung untuk ngisi paspor gue yang udah berumur 2 tahun, tapi baru diisi sama cap imigrasi Malaysia. Hahaha.
Gue pasanglah target untuk ngunjungi antara: Jepang, Korea Selatan, atau Thailand.
Gue pasanglah target untuk ngunjungi antara: Jepang, Korea Selatan, atau Thailand.
Sambil nyari tiket, gue juga nyari-nyari kawan yang punya rencana juga dan nemu Puji. Setelah diskusi, kita kecilin circle untuk milih Jepang atau Korsel, dengan ketentuan tiket termurah yang duluan muncul, bakal jadi negara yang kita kunjungi.
Skip, masuk bulan Februari nemu iklan promonya rute barunya Air Asia (AA) dari CGK-NRT, start from IDR2jt untuk tiket PP. Langsung deh nanya-nanya agen tiket murah, dan berakhir di agen temen gue Yakob.
Untuk tanggal yang kita pilih itu keberangkatan tanggal 25 Mei dan balik 2 Juni, kena harga IDR 2,65jt. Mumpung di minggu itu ada 2 hari libur, cukup ambil cuti 3 hari, dapat jatah untuk travelling 9D8N (include penerbangan). Bersihnya jalan-jalan di Jepang sih 7D. Lumayan bangetkan??? 😀😀
Buuuuutttttt.......,
Kurang lebih H+5 hari pas kita ngehubungin Air Asia untuk kirim e-ticket-nya (karena tiket promo via agen, kita kemaren cuma dapat kode booking tanpa e-ticket). Dan pas kita cek tiketnya ternyata pas baliknya Yakob pilih yang transit di Bali dulu (kita ga detail pas dia kirim screetshoot-annya sebelum fix setuju untuk bayar). Dingdong.........
Merasa begeekk hhahahaha... Karena jam sampainya itu di CGK itu jam 11.30 malam. Berabekan yaa??? Apalagi pas kita tahu temen kita Rasti (yang beli tiket dari Yakob juga sehari setelah kita tapi di tanggal beda, dia di Agustus entar) dapat harga cuma IDR2,1jt dan itu yang no transit, dari CGK-NRT-CGK. Oh iya, ini harganya ga termasuk bagasi dan meal on board ya, maklum tiket promo LCC. 😋😋
Kita pun semakin merasa tolol, karena udah terburu-buru, juga karena ga teliti.
Tapi yah sudahlah ya. Tiket udah di tangan, no more regret. Jadi pelajaran aja jangan kebawa nafsu pas beli tiket. Butuh kesabaran dan ketelitian untuk nemu harga terbaik hahahah.
Selama +-3 bulan sebelum jadwal keberangkatan, kita (hampir gue semua sih yang ngerjain ahhaha) sibuk nyusun itinerary dan booking hostel/guest house untuk di sana. Kita nyari yang termurah dan termudah aksesnyalah ya pastinya 😀😀.
Gue nyari akomodasi (penginapan) via booking.com. Awalnya nyoba agoda.com juga. Tapi setelah bandingin harga untuk tempat yang sama, harganya lebih murah di booking.com. Dan juga, lebih gampang untuk nge-book tanpa jaminan kartu kredit (CC) atau milih bayar pas di lokasi. Jadi mempermudah kita kalau tiba-tiba di tengah rencana pengen ganti itinerary atau nemu akomodasi yang lebih baik.
Oh iya, fyi, sekarang AirBnB udah semakin ketat di Jepang ya. Kalau mau pake AirBnB, kita hanya bisa make properti yang udah terdaftar aja ke pemerintah Jepang. So be better plus untuk ngehindari keribetan, untuk mesan via website kayak booking.com, Agoda, atau lainnya. Oh iya kalau mau mesan via booking.com pertama kali, pake referensi code punya gue https://www.booking.com/s/12_6/antalf66 .
Wkwkkwkw
Wkwkkwkw
Dan untuk destinasi, kita cuma narget 3 perfektur (semacam provinsilah di Indonesia) utama untuk dikunjungi, yaitu Tokyo, Osaka, dan Kyoto. Jadi rute kita itu Tokyo-Osaka-Kyoto-Tokyo. Iya sih mainstream banget, wong namanya baru pertama kali ke sana. Hahhahaha.
Untuk lokasi-lokasi yang bakal dikunjungi di sana, gue ngandalin mbah Google dan juga informasi grup FB yang isinya ngebahas travelling seputar Korea dan Jepang (https://www.facebook.com/groups/japanlovertraveller/ ). Juga ngumpulin informasi dari grup FB Backpacker Dunia (https://www.facebook.com/groups/128092889677/) dan grup FB Backpacker Internasional (https://www.facebook.com/groups/1468005403448997/).
Gue sangat nyaranin untuk join di grup ini kalau kalian pengen dapat info ataupun nanya-nanya soal backpacker ataupun travelling ke luar negeri.
May 25th of 2018
Akhirnya tibalah tanggal keberangkatan gue ke Jepang. Perasaan udah makin dagdigdugser dan sangat excited.
Gue berangkat dari Surabaya dan Puji dari Padang dengan menggunakan penerbangan sore, secara tiket kita ke Narita itu jam 23.50. Jadi kita bakal nyampe di Narita itu pagi hari.
Kira-kira jam 23.10 kita udah dapat panggilan boarding. Puji Tuhan ga ada tanda-tanda delay.
Pesawat yang digunakan adalah pesawat AirBus yang ukurannya gede (that was the 1st experience for me to flight with Air Bus).
Btw, yang biasanya AA itu ketat soal berat bawaan kabin, pas kita berangkat dari CGK ke NRT, bawaan kabin kita ga ditimbang sama sekali. Tapi lain cerita pas balik dari NRT-CGK. wkwkkw
Setelah masuk ke pesawat dan duduk sesuai nomor seat kita, kita nunggu +- 30-60 menit sampe pesawat benar-benar lepas landas. Kita lama nunggu kayaknya juga karena lamanya waktu duduk penumpang (full seat coy!! hahah) dan antri terbang di bandara Seokarno Hatta sih.
Untuk knee space-nya sih menurut gue cukup lega. Bahkan kalau domestik, gue tetap lebih suka milih Airasia dibanding Citilink sih. Hahhaha.
Meski kursinya cukup nyaman, selama penerbangan gue ga bisa tidur. Saking excited-nya kali yak wkwkkw. Gue pun mutusin untuk nonton drakor yang emang udah gue siapin wkwkwk.
May 26th of 2018
Setelah penerbangan +- 7 jam, jam 09.30-an waktu Tokyo kita pun mendarat di Narita Intl. Airport. Oh iya, waktu Jepang lebih cepat 2 jam dari Jakarta.
Pas kita sampe, suasanya di Narita masih sepi. Antrian di imigrasi juga tergolong sedikit.
Sebelum kita ngantri di imigrasi, kita sempetin dulu untuk cuci muka dan touch up-touch up dikit di toilet bandara hahahaha.
Oh iya, untuk nemu shower room di bandara di Jepang itu infonya sulit banget (hasil ngegoogling dan grup FB). Kalau pun nemu, kita perlu bayar untuk bisa mandi. Ga kayak toilet (untuk BAK dan BAB) itu di seluruh wilayah Jepang kayaknya gratis dan BERSIH hahah.
Seperti yang saya baca-baca di grup FB ataupun hasil googling, imigrasi Jepang itu termasuk yang paling ketat. Sering ada random check juga. Jadi gue bisa belum bisa tenang dan santai, karena pintu masuk Jepang belum terbuka sepenuhnya. Apalagi gue pake visa waiver yang katanya banyak dimanfaatin orang-orang Indonesia untuk cari kerja di Jepang. Berabe kan kalau sempat ditolak dan disuruh pulang ke Indonesia. Batal dah main-main di Jepangnya wkwkwk.
Akhirnya tiba giliran gue ngadapin pihak imigrasinya Jepang. Gue nyaris kena random check, pas rombongan dari China/Taiwan (kayaknya dari bahasa dan mukanya) disuruh untuk masuk ke ruang random check. Kebetulan ada petugas imigrasi yang ngira gue bagian dari rombongan itu, pas gue lagi berdiri di barisan antrian meja imigrasi. Jantung itu rasanya sempat dagdigdug karena nyaris kena random check. Salah seorang petugas imigrasi udah nunjuk-nunjuk gue untuk ngikutin itu rombongan yang kemudian gue jawab dengan, "No, I'm not with them. I already stand here before." Dan untungnya si petugas ngerti dan gue bisa melewati meja imigrasi dengan tenang. And the officer behind the immigration table was quite handsome and cute. And he was friendly too, not like most of immigration officer in Indonesia. Hahahhahaha😍😍😍😍😋😋😋

Pose dulu sambil nunggu Bus Shuttle di Narita Intl. Airport
Setelah selesai dari pemeriksaan imigrasi, kita langsung nyari transportasi menuju pusatnya Tokyo. Awalnya pengen naik kereta. Tapi setelah cek-cek harga, akhirnya kita mutusin naik bis (Keisei Shuttle Bus) dengan tarif ¥1000. Sebenarnya kalau kita mesan via online, kita akan dapat harga ¥900. Lumayan kan nge-save ¥100. 😋😋. Perjalanan Narita Intl. Airport ke Tokyo St. itu makan waktu +-1 jam.
Pas perjalanan di bis ini ada cerita lucu tapi agak memalukan juga sih.
Jadi pas di bus, gue duduk sebelahan sama orang Korea Selatan. Beliau duluan yang ajak ngobrol. Dengan segala keterbatasan kemampuan bahasa Inggris kita (apalagi beliau ahhahaha), kita ngobrol-ngobrollah selama perjalanan dari Bandara sampai Tokyo St.
Jadi ada satu waktu pas beliau minta gue untuk nebak umur dia berapa, gue jawab dong "late 30s". Secara phisically, emang terlihat seperti itu. But you know what?? He's already in his mid 50, dengan 2 anak: 1 cewek umur 18 tahun (sekolah perawat) dan umur 10 tahun (masih SD).
Seriously?? That's the only word i can say.
Di setelah inilah hal lucu dan sekaligus memalukan itu muncul.
After we arrived at Tokyo St. (+- at 12 pm) si driver bisnya datang ngehampiri gue dan ngomong dalam bahasa Inggris seadanya dan bahasa tubuh (untung sama-sama ngerti), yang artinya kira-kira "Maaf, Miss. Saya ga bisa Bahasa Inggris. Tetapi seharusnya anda tidak boleh ngobrol di bis, karena semua orang butuh tidur selama di bis. Maaf karena tidak mengingatkan dari tadi".
Pas gue ditegur gitu, jujur gue malu dan merasa bersalah banget. I don't really learnt the habbit of Japanese before i come. Dan gue juga sangat salut sama driver-nya, karena beliau ga negur gue terang-terangan di depan banyak orang. But he came and said it directly to me with gentle voice.
Gue sangat, sangat salut dengan cara mereka memperlakukan manusia sebagai manusia. Mereka menegur bukan untuk membuat malu orang lain (yang sering terjadi menurut gue di Indonesia 😔😔). Japanese know well how to respect people.
Setelah kita masuk ke Tokyo St., hal pertama yang kita lakuin adalah nyari coin-locker. Pas nyari ini juga kocak. Padahal si coin-locker ada di depan kita (+-5 m), tapi kita sempat muter-muter untuk nyarinya.
Setelah kita masuk ke Tokyo St., hal pertama yang kita lakuin adalah nyari coin-locker. Pas nyari ini juga kocak. Padahal si coin-locker ada di depan kita (+-5 m), tapi kita sempat muter-muter untuk nyarinya.
Setelah nemu, kita juga bingung cara makenya. Awalnya karena malu bertanya ke orang-orang di situ, kita ngintipin orang pas mau ngeluarin barangnya dari loker. But still, we failed to follow them. Sampe akhirnya kita mutusin nanya orang lainnya yang kebetulan mau ngambil barang dari loker juga. And still in my first day in Japan, the Japanese already stunned me twice. Meski ga bisa ngomong bahasa inggris, bahkan awalnya ga ngerti omongan kita (ngerti setelah kita berbahasa tubuh), dia benar-benar ngebantuin kita tentang caranya make itu coin-locker. Akhirnya kita ngerti cara make itu loker dan kita berhasil nyimpan 2 koper kita di dalamnya.
Untuk ukuran loker yang kita gunakan itu adalah yang ukuran mediun. Muatannya bisa 2 koper cabin-size dan 1 backpack. Untuk ukuran koper medium kayaknya cuma bisa satu sih. Dan harganya adalah ¥500.
Termasuk murah untuk standar hidup orang Jepang. Daripada kita harus geret-geret itu koper seharian, it much better to put them in the locker.
Untuk hari pertama di Tokyo ini, kita cuma ngunjungi Tokyo Imperial Palace. Selain karena itu free, juga karena lokasinya hanya 5 menit jalan kaki dari Tokyo St.
Kita ngabisin waktu +-3 jam di Tokyo Imperial Palace sendiri. Selain karena emang tempatnya fotogenik (walau kitanya ga fotogenik), kita ngabisin waktu cuma untuk sekedar berbaring di tengah tamannya +-1 jam.
Pas kita lihat tamannya, cuma 1 kata yang terlintas: TAKJUB!. Gimana bisa taman sebersih, luas, dan seindah itu bisa ada di tengah kota, Tokyo pulak!! Dan taman itu ga berbayar alias gratis yang bisa digunakan sebagai tempat untuk bersantai. Bahkan banyak keluarga yang piknik di sana.
Imperial Palace
Kira-kira jam 5 sore kita keluar dari Tokyo Imperial Palace (jam buka until 5 pm) dan lanjut jalan-jalan di sekitar taman kota yang letaknya persis di sebelahnya.
Dua jam jalan-jalan dan foto-foto sekaligus bersantai lagi di taman kota, kita jalan balik ke Tokyo St. untuk cari makan dan nyari bis untuk ke Osaka (our next destination).
Fyi , selama di kawasan Tokyo Imperial Palace, kita sangat mudah untuk menemukan keran air minum. Itu benar-benar kita manfaatin untuk refill botol minum kita. Yang penting jangan lupa untuk bawa botol air minum. 😆😆
Tapi sebelum nyari makan, kita beli tiket bis malam dlu di JR Buss Station yang letaknya ada Tokyo St. juga dengan harga ¥6100. Oh iya, kita sengaja ambil bis malam selain untuk ngehemat akomodasi, biar pas nyampe di Osakanya bisa langsung lanjut explore lagi.
Karena merasa badan udah lengket banget dan pengen ganti baju, kita nyari-nyari deh info lokasi untuk mandi. Awalnya sih kita berdua pengen numpang mandi di tempat teman yang kuliah di Tokyo. Tapi karena dua-duanya unreachable, kita akhirnya mutusin mandi di Cafe Internet dekat Tokyo St. yang infonya kita temuin dari mbah Google. Nama internet cafe-nya yaitu Customa Cafe. Letaknya sesuai yang ada di Google Maps. Jadi tinggal ikutin aja si mbah.
Untuk tarifnya itu cuma ¥500 selama 30 menit. Akan ada charge tambahan sebesar ¥110 per 15 menit keterlambatan. Kita bakal dikasih handuk yang masih dibungkus plastik laundry dan sabun-sampo-kondisioner-hairdyrier udah tersedia di kamar mandi. Dan untuk 30 menit itu, bisa digunakan oleh lebih dari 1 orang. Jadi demi ngehemat, gue sama Puji benar-benar manfaatin 30 menit itu untuk berdua 😅😅.
Dan kisah untuk akhirnya bisa mandi ini juga kocak.
Staf yang jaga cafe (ada 3 orang) sama sekali ga bisa bahasa Inggris. Bahkan basic English. Sempatlah kita ngomong ala tarzan. Tapi tetap ga nyambung juga. Dan akhirnya (telat banget mikirnya untuk manfaatin) kita gunain deh si mbah Google translate. Loph u so much deh mbahhh. Bener-bener ngebantu selama di Jepang. Akhirnya kita bisa lulus sekedar untuk daftar make kamar mandinya, setelah +-10 menit berbahasa tarzan dan make Google Translate.
Tampak Customa Cafe
Setelah selesai mandi (less than 30 minutes) kita lanjut makan di resto yang letaknya juga dekat Tokyo St. Kita makan pork curry, yang rasanya maknyus banget. Serius dah ini curry-nya enak banget, ga tau itu karena berbahan pork atau bumbunya yang enak hahaha. Harganya cuma ¥650 per porsi. Dan fyi, setiap kita makan di resto di Jepang itu, kita bakal dapat air putih gratis. Jadi ga perlu pesan-pesan minum (kalau emang ga mau) hahaha. Kan ngehemat lagi. hahahah
Yummy Pork Curry
Selesai makan, kita duduk di dekat Bus Stop JR Buss sambil nunggu jam keberangkatan bis kita ke Osaka jam 23.00. Pas duduk di sana kita ketemu sama pasutri yang mau ke Kyoto naik bis juga. Ngobrol-ngobrollah di sana sampe jam keberangkatan bis kita masing-masing.
Jam 22.30 udah muncul pengumuman mengenai persiapan keberangkatan bis kita. Kita masuk bis dan dilayani dengan sangat ramah oleh petugas bisnya.
Jam 23.00 tepat, bis kita jalan dan berangkat ke Osaka.
May 27th of 2018
Memasuki Perfektur Osaka dari Bus
Dengan Osaka Amazing Pass ini, kita akan free menggunakan subway selama 1 hari penuh. Selain itu, kita bakal dapat free pass ke +-45 atraksi di Osaka. Beberapa di antaranya yaitu: tiket masuk ke dalam Osaka Castle, tiket perahu di Osaka Castle, Museum Osaka, Ferris Wheel, Cruise Ship, Tonborri River Cruise Ship, dll yang pastinya bakal sangat ngehemat uang kita. Juga kita akan mendapat beberapa tiket kupon belanja.
Daftar Atraksi yang Dapat Dinikmati Secara Gratis dengan Osaka Amazing Pass
Setelah beli Osaka Amazing Pass, kita langsung menuju hostel yang udah kita booking di wilayah Namba. Nama hostelnya yaitu Hostel Rakutsuki yang kita pesan dari booking.com. Harganya ¥2000 per malam untuk kamar dormitory. Kalau secara lokasi, gue sangat ngerekom ini hostel. Lokasinya dekat banget ke Namba St. dan Dotunburi, cuma butuh +- 10 menit jalan kaki. Selain itu kamarnya juga bersih. Dan dari 3 hostel yang gue pesan selama di Jepang, shower room di hostel ini yang jadi favorit gue karena yang paling simpel untuk ngatur suhu air shower-nya juga karena tersedia standing mirror yang ngebantu kita untuk bersiap-siap sebelum mulai jalan. 😊😊.
Biar ga repot bawa-bawa koper, kita nge-drop barang dulu di hostel sebelum waktu check-innya. Kita bisa nge-drop barang mulai jam 8 pagi, and it's free. No need to rent coin-locker.
Kita juga bisa numpang cuci muka (but no for shower before the check in time) sebelum memulai perjalanan kita di Osaka.
Kurang lebih jam 10 kita mulai jalan dengan tujuan pertama Osaka Castle. Kita ngabisin waktu +-6 jam hanya di Osaka Castle. Mulai dari ngunjungi museum, sekedar jalan dan nikmati tamannya, masuk ke Osaka Castle-nya (mulai dari lantai 1 sampe lantai 5), nonton pertandingan Kendo, jajan es krim matcha, foto-foto di depan Osaka Castle, dan naik perahu yang ada di Osaka Castle.
Setelah dari Osaka Castle, kita lanjut ke Osaka Tennoji Zoo. Sebenarnya kenapa kita milih tempat ini, karena awalnya pengen ngunjungi Shintennoji Temple. Tapi karena udah keburu tutup, kita jadinya ke zoo ini hahahha. Tapi worth it kok. You can feel the ambience of Osaka's citizen life style here.
Osaka Castle
Osaka-jo Gozabune Boat
View dari atas Osaka Castle
(a)
(B)
(c)
(D)
Suasana Osaka Tennoji Zoo (a) Red Panda; (b) Cuty Little Kids Playing;
(c)Polar Bear yang Lagi Galau; (d) Japanese Family-Outing
Setelah dari sini kita lanjut balik ke Hostel untuk check in dan mandi. Kita lanjut jalan ke Dotunburi untuk berpose di depan ikon terkenal Dotunburi, The Glico Man. Tapi karena kelambatan kita gerak dari hostel, kita ga sempat untuk nikmati Tonburi River Cruise-nya si Osaka Amazing Pass. Karena jam terakhirnya itu jam 8.30, yang artinya udah daftar jam 8anlah maksimal. Kita sampe sana jam 8.30-an karena makan ramen dulu di Tonburi Shopping area dan ngelihat-lihat dulu barang-barang di dalamnya. wkwkkw
Dotunburi and The Iconic Glico Man
Setelah puas di Dotunburi, kita lanjut naik Ferris Wheel yang lokasinya +- 10 menit naik subway dari Namba St. Dari Ferris Wheel ini, kita bisa ngelihat pemandangan malam kota Osaka. Kalau mau naik siang bisa juga kok. Kebetulan aja kemaren itu kita naiknya pas malam.
View From The HEP Ferris Wheel
Awalnya kita pengen lanjut untuk menggunakan freepass di salah satu dari dua onsen yang di-cover sama si Amazing Pass. Tapi karena letaknya cukup jauh dan pertimbangan subway terakhir ke lokasi kita itu hanya sampe jam 23.40, akhirnya kita ngurungin niat dan mutusin balik ke hostel untuk istirahat.
Kalau dihitung-hitung, dengan menggunakan Amazing Pass ini, kita udah ngehemat +-¥1500.
Suasana Kawasan Tonburi Shopping Area Pas Sudah Tutup. Look At To The Trash Bag and the Trash-Truck
May 28th of 2018
Day 2 in Osaka, kita cuma ngabisin waktu jalan di Tonburi Shopping area. Untuk Tonburi Shopping area ini juga cukup lengkap dengan barang-barang branded kayak: Onitsuka yang lagi hits saat ini, Uniqlo, Lush, Adidas, Berskha, etc. Banyak juga kok toko-toko non branded. Kalau setelah ngebandingin di Tokyo, menurut gue ini lokasi paling enak belanja yang gue kunjungi sih. Harga lebih variatif dan karena lokasinya terpusat gitu, kita jadi lebih banyak pilihan.
Jam 2-an kita udah jalan ke Osaka St. untuk ngelanjutin next destination ke Kyoto.
Sebenernya nyesal sih cuma 2D1N di Osaka, karena masih banyak lagi lokasi yang belum kita kunjungi. Tapi sayangnya kita udah mesan hostel yang ga bisa di-cancel lagi di Kyoto dan juga karena kita cuma beli 1D pass-nya Osaka Amazing Pass. Padahal kalau beli yang 2 Day, harganya cuma ¥3300. Dari Osaka St. kita naik express train seharga ¥560. Waktu tempuh +-50 menit.
Dan pas di kereta gue ada pengalaman lucu lagi. Jadi ceritanya gue sama Puji duduk pisah. Jadi gue duduk di sebelah Bapak-bapak (usia late 50s-lah) yang sedang nonton di hp-nya dan di depan gue Bapak-bapak juga (usia late 40s) yang lagi serius baca novel (sepertinya).
Nah karena gue gak duduk di dekat jendela, tapi pengen lihat suasana luar, gue otomatis noleh dong ke arah jendela. Tapi entah karena gue ga sengaja atau emang sifat gue yang kepo, gue melihat (atau tidak sengaja melihat hahah) ke layar hp si bapak late 50s. Soalnya layarnya juga terarah ke gue (ga coba untuk ditutupin). Do you know what???
Si bapak lagi nonton bokep alias JAV. HAHAHHAHAAH. Dan itu bikin gue shock. Secara kalau orang-orang yang biasanya gue tau nonton begitu bakal diam-diam bukan terbuka kayak gitu (dia ga berusaha nutupin layar atau ngarahin layarnya biar gue ga bisa ngelihat). Gue shock dan jadi awkward. Hahahhaha. Padahal gue kagum lihat bapak di depan gue yang dengan seriusnya baca buku di depan gue (walau gue ga tau itu buku apa, tapi pastinya gue yakin itu bukan novel bokep sih), sementara si bapak di sebelah gue lagi horny-nya nonton bokep. Apalagi si bapak sambil ngeluarin suara-suara aneh gitu. Hahahha. Jijik sekaligus takut dong gue. hahahahahha
Sesampainya di Kyoto St. kita keluar dan nyari lokasi untuk beli tiket Bus Day Pass. Kyoto Bus Pass harganya¥600 untuk 1 hari, dan ga ada tiket untuk 2 atau 3 hari. Jadi setiap hari kita harus punya tiket day pass sendiri yang bakal tercetak tanggalnya pas pertama kali kita pake.
Bego'-nya kita, kita ga ngitung dulu sebelum make si Day Pass. Karena kita cuma make bus 1 kali pas hari itu, yang nilainya cuma seharga ¥230. Karena sisanya kita cuma jalan-jalan di Gion yang dekat dengan hostel kita. Jadi kita rugi ¥370. wkwkwk.
Hostel kita yang di Kyoto namanya Fairfield Room. Letaknya itu cuma +-5 menit jalan kaki dari Gion Corner. Dan persis di bawah hostel kita ada Family Mart dan bus stop terdekat cuma +-200 meter dari lokasi hostel kita. Untuk suasana hostelnya juga enak dan nyaman. Tapi untuk ruangannya kayaknya cuma ada mixed deh. Walau kita milih yang female dormitory, tapi nyatanya itu dalam satu ruangan gede. Hanya beda blok aja.
Setelah check in dan nge-drop barang, kita mandi dan ganti baju dan langsung lanjut jalan ke Yasaka Shrine yang letaknya dekat banget ke Gion.
May 29th of 2018
Kita mulai gerak dari hostel kira-kira pukul 9 pagi, setelah kita selesai sarapan. Oh iya, hostel kita yang di Kyoto nyediain sarapan sederhana berupa roti tawar+selai, kopi atau teh. Jadi lumayan kan untuk saving money. 😁😁
Memasuki Kyoto dari Kereta Api
Hostel kita yang di Kyoto namanya Fairfield Room. Letaknya itu cuma +-5 menit jalan kaki dari Gion Corner. Dan persis di bawah hostel kita ada Family Mart dan bus stop terdekat cuma +-200 meter dari lokasi hostel kita. Untuk suasana hostelnya juga enak dan nyaman. Tapi untuk ruangannya kayaknya cuma ada mixed deh. Walau kita milih yang female dormitory, tapi nyatanya itu dalam satu ruangan gede. Hanya beda blok aja.
Setelah check in dan nge-drop barang, kita mandi dan ganti baju dan langsung lanjut jalan ke Yasaka Shrine yang letaknya dekat banget ke Gion.
Yasaka Shrine At Night
Memang ya, kuil-kuil di Jepang itu menarik banget. Arsitektur dan suasanya itu loh. You can feel the magic of that place. Apalagi di Kyoto yang terkenal sebagai perfektur dengan ratusan kuil dan temple. Cukup dengan jalan-jalan ngunjuki kuil, kalau bagi gue udah cukup. Memang secara pribadi, gue lebih suka tempat wisata yang sarat budaya dan alam. So for me, from the 3 perfecture i visit in Japan, i love Kyoto the most. It suited my taste.
Gion's Night Life
May 29th of 2018
Kita mulai gerak dari hostel kira-kira pukul 9 pagi, setelah kita selesai sarapan. Oh iya, hostel kita yang di Kyoto nyediain sarapan sederhana berupa roti tawar+selai, kopi atau teh. Jadi lumayan kan untuk saving money. 😁😁
Lokasi pertama yang kita tuju adalah destinasi wisata terjauh di Kyoto, Arashiyama. Dengan ngikutin panduan google maps dan peta rute bis yang dilayani Kyoto Bus Pass, kita menempuh perjalanan 40-50 menitan. Kita cukup naik bis 1 kali (bis nomor 11) tanpa nyambung-nyambung kalau berangkat dari bus stop dekat hostel kita.
Pas turun di bus stop Arashiyama, kita sempat nyaris salah jalan. Karena tujuan kitakan hutan bambunya, tapi kita nyaris ke Monkey Forest-nya. Akhirnya buka lagi deh si google maps, dan kita kembali ke jalan yang benar wkwkkw.
Arashiyama Bamboo Forest
Waktu yang kita habiskan di wilayah Arashiyama itu +- 6 jam. Lama banget yaa??? Emang iya.Selain karena udah +-30 menit habis pas salah rute, juga karena kita benar-benar jalan bebas pas udah sampai di sana. Jadi kita ikuti jalan yang ada. Dan kita pun bisa nemuin spot-spot yang bagus. Di Arashiyama, selain ke Arashiyama Bamboo Forest-nya, kita juga masuk ke Temple yang masuk dalam daftar situs UNESCO World Heritage, yaitu Tenruji Temple. Untuk masuk ke dalamnya kita butuh bayar ¥800 yang mencakup biaya tiket masuk taman dan gedungnya. Kalau mau milih salah satu aja sebenarnya bisa, tapi biayanya ¥500 per tiket.
Tenryuji Temple, Salah Satu UNESCO World Heritage
Di Arashiyama ini kita juga makan Matcha Ice Cream yang cone-nya diganti dengan Appan (roti kacang merah). Harganya itu ¥560. Rasanya, ini Matcha Ice Cream favorit gue selama di Jepang. Pahit dan manisnya pas, dan perpaduan dengan appannya itu enak banget. Selain itu, satu aja udah buat gue kenyang hahahahaha.Selain beli Fortune Teller (harga ¥100), kita juga beli post card yang gambarnya itu hasil foto dari lukisan tangan si kakek yang jual post card. Selain desainnya bagus-bagus, harganya juga murah (paling murah dibanding post card yang gue temuin selama jalan di sana). Harga per lembar post card-nya itu ¥100 dan kita masing-masing beli 3 lembar. Sebenarnya pengen beli lebih sih, tapi kita nahan diri demi ngehemat uang ahhahaha.
Oh iya, lucky us, isi fortune teller gue dan puji isinya bagus-bagus semua. And we prayed for that, may all the good things come to us soon. 😊😊 Terutama bagian si unexpected person. HAHAHAHHA😁😁😁😁
My Fortune Letter
Dari Arashiyama, kita lanjut ke kuil Fushimi Inari Taisha. Ini ceritanya kita dari ujung ke ujung. hahaha. Waktu tempuhnya itu +-1 jam-an, dan kita harus nyambung 1 kali dari Kyoto St.Pas kita nyampe di Fushimi Inari, tenan-tenan makanan dan souvenir-nya udah mulai tutup. Tapi untungnya kita masih bisa beli Takoyaki dengan harga ¥500 isi 8 buah. Sebenarnya pengen beli daging babi yang ditusuk kayak sate sih (tapi dengan ukuran lebih besar, kayaknya beratnya ada 200 gr sih) seharga ¥500 juga. Tapi karena kayaknya kita udah kenyang sama babi pas makan hari-hari kemarennya, kita jadi mengurungkan niat.
Kuilnya sendiri itu bagus banget. Warnanya cerah banget. Namun karena masih berjiwa "turis Indonesia" pada umumnya, tujuan utama kita yaitu lorong berwarna merah dengan ribuat Tori yang terkenal itu. Hahaha. Kita langsung menuju ke sana dan pastinya foto-foto.
Untuk dapat foto bagus benar-benar butuh perjuangan. Iya sih dibilang waktu paling bagus untuk foto-foto di sana itu pas pagi banget atau pas sore hari menjelang kuilnya tutup. Tapi nyatanya, tetap aja rame. Hahahha. Paling itu sepi pas udah dekat puncaknya karena emang butuh perjuangan sampe puncak tertinggi Gunung Inari-nya. Karena ga semua pengunjung rela untuk naik sampe puncak hahaha.
Fyi, untuk waktu operasi Fushimi Inari Taisha itu adalah jam 8 a.m - 5 p.m. Tapi faktualnya, itu buka 24 jam, artinya kita bisa berkunjung jam berapa pun. Tapi untuk pelayanan ibadah kuilnya oleh para biksu dan biksuni di sana itu cuma pas jam operasi. Kalau kalian mau foto-foto 24 jam di sana juga dipersilakan banget. Tapi itu bakal sepi banget dan juga agak horor gitu. Karena penyinarannya yang minim dan juga letaknya bukan di tengan kota.
Karena track-nya yang menanjak dan juga cukup panjang serta matahari yang semakin bersembunyi (saat itu udah jam 6 p.m), Puji mundur untuk balik nunggu di dekat pintu masuk aja. Apalagi ada bule yang becakap-cakap di depan kita yang bilang perjalanan ke puncak butuh 90 menit lagi hahahah. Puji langsung nyerah. wkwkwk. Gue yang sifatnya ga mau rugi karena udah nyampe sepertiga jalan (jalan naik aja loh belum turun, yang artinya baru 1/6 total perjalanan) mutusin buat tetap lanjut.
Semakin ke atas itu, benar kalau orang semakin sepi. Bahkan tergolong sangat sepi. Gue paling berpapasan dengan <20 orang setelah sampe setengah dari perjalan ke puncak.
Untuk foto-foto sebenernya paling bagus di puncak, karena strukturnya lebih bagus. Tapi karena gue ga bawa tripod ataupun ada orang yang bisa gue mintain tolong untuk foto, so gue ga punya foto pas di atas. Gue cuma ada foto si lorong Tori itu aja. But still, i'm happy for the experience i got there.
Rute Fushimi Inari
Di sepanjang jalur Fushimi Inari, mungkin dikasih jarak +-300 meter per spot-lah, kita bakal sering menemukan pura/kuil kecil dengan ciri patung dewa Serigala. Di situ kita bakal menemukan banyaknya ema (papan kayu yang bisa ditulisi dengan doa atau harapan) berbentuk Tori ataupun wajah White Fox.
Kira-kira 15 menit sebelum mencapai puncak, kita akan menemukan Yotsutsuji Intersection yang menjadi spot bagus untuk melihat Kyoto dari ketinggian. Kalau gue baca-baca, itu juga titik bagus untuk ngelihat sunrise. Puncak dari gunung Inari sendiri itu hanya berupa titip tertinggi yang di atasnya terdapat pura yang lebih besar daripada yang kita temui di sepanjang jalur. Dan di sekitarnya tumbuh pohon-pohon tinggi, jadi jangan harap untuk melihat keindahan Kyoto dari puncak Inari. 😋😋
Pemandangan dari Yotsutsuji Intercection
Tanda Puncak Gunung Inari
Kuil-kuil Di Sepanjang Jalur Fushimi Inari
Setelah istirahat +-5 menit di puncak sambil foto-foto, gue lanjut turun dengan ngebut. Itu juga karena langit sudah semakin gelap. Apalagi gue jalan sendiri hahaha. Dan selama di perjalanan, gue baca plang-plang peringatan yang bertuliskan, kalau di Gunung Inari itu masih terdapat beruang liar. So, it better to stay save, kan? hahahah
Oh iya, pas jalan turun, gue ketemu dengan orang Vietnam yang lagi solo travel di Kyoto juga. Sebenarnya dia lagi ikut Leadership Course di Tokyo sih untuk 2 bulan ini. Tapi dia manfaatin waktu kosong untuk explore Jepang. Kita sama-sama gantian untuk ngambil foto pas di lorong Tori-nya. But, setelah gue lihat foto gue yang dia ambil, itu blur semua. Hahahah. Gue ga enak untuk minta foto ulang. Yah sudahlah ya. Emang gue udah terbiasa untuk diambilin foto sama orang dengan kualitas yang jauh dari harapan gue, di saat gue berusaha ngambil foto mereka secara maksimal. Hahahahaha.
Waktu tempuh gue dari naik sampe turun kembali ke bawah itu cuma < 1,5 jam. Gue bener-bener ngebut kayaknya. Antara takut sama beruang atau takut sama yang lainnya. wkwkkwkw. Terlebih pas gue turun, gerimis halus mulai turun dan gue ga bawa jas hujan ataupun payung. But still, gue puas kok walau kesannya gue ngebut di sana. ahahha.Yang satu gue kurang puas hanya karena foto keren gue pas di lorong Torinya ga ada yang bagus wkwkwkkw.
Jam 7an kita jalan balik ke hostel. Namun, karena busnya udah semakin jarang (kayaknya dari jam 7 kendaraan udah makin minim deh di Kyoto) kita butuh nunggu +-15 menit di bus stop yang terdekat dengan Fushimi Inari. So kalau mau ke sini, inget-inget waktu ya biar tetap bisa make kendaraan umum kalau ga mau keluar duit ratusan ribu hanya untuk taksi. ahhahah
May 30th of 2018
Hari ke-3 di Kyoto ini, gue sama Puji pisah jalan, karena beda interest. Gue masih pengen main-main ke istana-istana dan kuil-kuil lagi. Destinasi gue di hari ke-3 di Kyoto yaitu: Kyoto Imperial Palace, Sento Imperial Palace, Shimogamo Shrine, dan terakhir ke Gion Corner.
Kyoto Imperial Palace dan Sento Imperial Palace, itu benar-benar surga bagi mereka yang suka taman. Itu benar-benar tempat nyuci mata banget. Segar dan menenangkan. Untuk Kyoto Imperial Palace dan Sento Imperial Palace itu free, tapi untuk Sento Imperial Palace cuma bisa dimasuki kalau kita daftar dulu sebelum jam masuknya (ada 4 jadwal masuk) dan kita ga bisa keluar selama sesi berlangsung. Sementara Kyoto Imperial Palace lu bebas keluar masuk, tapi harus melewati pos pemeriksaan sekedar untuk periksa tas dan mendapat kartu pengunjung. Dibandingkan beberapa taman yang gue kunjungi selama di Jepang, taman di Sento Imperial Palace is my most favorite. Tapi yah karena gue jalan sendiri, dan gue gak enakan sama orang-orang untuk minta difotoin, i didn't have proper photograph there. wkwkkw.
Kyoto Imperial Palace and Its Garden
Selesai dari istana-istana itu, gue lanjut ke Shimogamo Shrine. Kenapa milih kuil ini? Ga ada alasan khusus, hanya karena itu destinasi terdekat dari bus stop yang gue temuin dan cukup sekali naik bis tanpa nyambung. I just followed my feeling and the bus route. wkkwkwkw
And do you know what i got??
Gue ga nyesal sama sekali. Lagi-lagi, ini kuil benar-benar bagus dan hijau. Luas tamannya sangat amat luas. Lorong hutan sampe ke shrine-nya itu benar-benar instagramable and photogenic. wkkwkw.
Dan di sini juga gue bisa lihat langsung upacara ibadah yang dilayani sama pendeta dari kuil itu. But no camera allowed along the ceremony. So no picture taken.
Di sini gue mengalami pengalaman gila lainnya. Pas gue masuk ke toko souvenir,
otomatis gue ngeletakin payung pinjeman di rak payung di dekat pintu
masuk. Pas gue keluar, payung gue hilang dan ada payung lain di situ.
Galau dong. "Payung pinjeman gue kemana?" Itu aja pikiran gue. Antara
galau untuk balik tanpa bawa payung (tapi gue harus balikin ke hostel)
atau gue ambil payung yang ada di situ. Yah udah. Keputusan bulat, gue
ambil payung itu walau gue ga tau itu punya siapa. Daripada gue harus
beli payung untuk balikin ke hostel? Kan niat awal mau saving money wkwkwkw.
Lanjut ke Gion Corner untuk nyari Geisha. Hahahha. Sebenarnya pas hari pertama kita di Kyoto, pas melipir ke Gion Corner sebentar kita udah nemu Geisha pas mau balik. Tapi saking terpesonanya, kita ga kepikiran untuk ambil foto. Sama halnya pas gue jalan sendiri di Gion. Saat gue papasan sama Geisha dan orang-orang sibuk ngambil foto, gue cuma terpesona sambil ngelihatin sampe si Geisha hilang dan gue sadar, "Kenapa gue ga ambil foto barang 1 kali aja ya?". Hahahhaha. Bego' bin lelet mah gue. wkwkwk
Lihatkan Perbedaan Warna Payungnya?
Atas Warnanya lebih Pekat, Bawah Bening
Wkwkwk
Di ujung jalan Gion Corner gue juga nemu kuil bagus lainnya. Tapi di antara kuil-kuil yang gue kunjungi, mungkin ini yang paling biasa ya. Tapi tetap bagus kok, tetap worth it untuk dikunjungi 😊😊. Di sini gue juga dibuat semakin terpesona sama budayanya orang Jepang. Kayaknya di semua kuil yang gue kunjungi, pasti gue nemuin siswa-siswa sekolah (kayaknya SMP) yang lagi study tour sambil didampingi gurunya. Dan gue ga ngelihat satupun dari mereka megang handphone. Yang mereka gunakan untuk ambil foto itu cuma kamera digital. Gak kayak di Indonesia, anak TK aja udah pada megang handphone dan asik sendiri dengan gadget-nya tanpa peduli sekitarnya. Sementara anak-anak di sini, mainnya benar mainan anak-anak seumuran mereka.😞😞😟😟
Gue cuma nemuin anak berseragam sekolah main handphone pas di Tokyo (itupun di daerah Shibuya dan Harajuku). Gue salut banget dengan sistem pendidikan mereka.
Gue cuma nemuin anak berseragam sekolah main handphone pas di Tokyo (itupun di daerah Shibuya dan Harajuku). Gue salut banget dengan sistem pendidikan mereka.
Dan untuk seragamnya, gue ga nemuin sama sekali seragam-seragam ketat dan pendek kayak yang di dorama-dorama atau anime-anime yang sering gue tonton. Bajunya longgar dan roknya panjang selutut. Rapi dengan warna sepatu yang seragam. Bahkan banyak yang tasnya seragam. Benar-benar enak untuk dilihat. I really trully in love with this country.
Kelar jalan-jalan di seputaran Gion dan jajan mocchi rasa green tea dan beberapa food street, gue makan malam dengan menu ramen (lagi) hahaaha. Setelah itu gue balik ke hostel untuk balikin payung dan ngambil barang-barang gue. Dan meski gue baru baliknya jam 9-an, staf dari Fairfield Room tetap dengan ramahnya ngelayani gue yang nitip koper gratis di tempat mereka. wkkwkw.
Sampe di Kyoto St., gue langsung menuju loket pembelian tiket JR Bus menuju Tokyo. Gue dapat pemberangkatan jam 22.30. Waktu +- 1jam gue manfaatin untuk sekedar hunting-hunting foto dan hyperlapse video di seputaran Kyoto St. Tepat jam 22.30, bus yang gue tumpangi berjalan ninggalin Kyoto St. Benar-benar negara yang mencintai ketepatan waktu. 😀😀😀
Oh iya, ongkos JR Bus dari Kyoto St. ke Tokyo St. adalah ¥4900. Night bus again to save money for accommodation. wkwkkw
May 31st of 2018
Bus mendarata di Tokyo St. kurang lebih jam 7 pagi. Sementara mumpung di sana, target pertama gue adalah membeli tiket Metro Pass. Tapi karena jam buka kantor Metro-nya adalah jam 8.30 a.m, gue mutusin untuk mandi dulu di tempat yang sama pas gue mandi sebelumnya (Customa Internet Cafe) wkwkwkkw. Di sini gue sempat galau antara keramas atau gak. Emang kulit kepala udah mulai gatal, walau ga gatal-gatal amat. Toh ritual keramas gue selama di Indonesia adalah min. 4 hari sekali. Tapi akhirnya gue mutusin keramas, yang buat gue make kamar mandi lebih dari 30 menit yang berujung gue harus bayar ekstra ¥110 lagi. Jadi total gue mandi adalah ¥610 wkkwkwkw.
Saking jauh dan sulitnya nyari kantor pelayanannya si Metro yang ngelayani penjualan tiket Metro Pass, gue butuh waktu +-15 menit untuk menemukannya. wkwk. Dan sempat ada drama lagi pas gue kehilangan Metro Pass 48H gue seharga ¥1200 akibat kecerobohan gue. Hahaha. Setelah nyari-nyari +-10 menit, akhirnya gue nemuin tuh tiket di tempat yang gue kunjungi untuk mencari awal (tapi ga gue lihat). Saking samanya warna si tiket dengan lantai lorong subway. wkwkkw. Gue udah sempat ngerasa kalau gue lagi sial. Mulai dari kena extra charge pas mandi dan nyari kehilangan tiket seharga ¥1200. wkwkwk.
Setelah tiket si Metro Pass di tangan, gue segera menuju stasiun subway untuk menuju hostel gue. Oh iya, Google Maps bakal ngebantu lu banyak untuk nentuin naik subway apa dan turun di stasiun mana. Yang penting punya koneksi internet.
Hostel gue selama di Tokyo yaitu Iza Asakusa Guest House dengan harga ¥3800 per 2 malam. Sama kayak hostel sebelumnya, ini juga tipe dorm. Yah namanya juga paket hemat. Hahahah. Dan di hostel ini kita udah dapat sarapan sederhana gratis lagi wkwkwk. Gue juga sangat ngerekom ini hostel. Untuk kebersihan sih standar dan ga tersedia lift (2 hostel sebelumnya ada). Tapi untuk suasana, keramahan staf, dan lokasinya, Iza Asakusa Guest House sangat-sangat gue rekomendasiin.
Kita cuma butuh jalan +-10 menit menuju Sensoji Temple (biggest Buddhist temple in Tokyo), 15 menitan ke Tokyo Tower, cuma 5 menit ke stasiun Subway, dan suasana kompleknya itu benar-benar tenang. Dan lagi, you can enjoy the beauty of the Tokyo Tower from the rooftop!!
Oh iya, ga seperti hostel-hostel gue sebelumnya, di Iza Asakusa, you can do early check in.
Setelah check in dan nge-drop barang, gue lanjut jalan untuk main di Tokyo. Destinasi pertama gue: Meiji Jingu. Meiji Jingu is a shrine dedicated to the deified spirits of Emperor Meiji and his consort, Empress Shoken. Meski mainnya cuma ke kuil-kuil, gue tetap terpesona sama si kuil yang satu ini. Taman hutannya itu loh, masih luas banget. Padahal lokasinya di Tokyo, Ibu Kota-nya Jepang. Dan itu dia terawat dan bersih. Gue antara kagum dan sedih, karena we hard to find something like this in Indonesia.
Puas jalan dan foto-foto, gue lanjut ke Harajuku. Hanya 1 stasiun subway dari lokasi Meiji Jingu. Kenapa gue pengen ke sini? Karena gue penasaran untuk merasakan suasana di Harajuku yang terkenal dengan gaya busana nyentrik anak mudanya Jepang.
Tapi gue ga nemu seperti yang gue bayangin. Ada sih ketemu beberapa anak muda bergaya nyentrik, tapi dibanding banyaknya orang yang ada di sana, mereka jadi ga kelihatan. Hahahah.
Gue lebih banyak masuk keluar toko baju dan sepatu yang ada di sana. But, i didnt buy anything karena ga sesuai tsste gue. Dan harganya, gue bisa beli baju-baju Zara, H&M, Pull&Bear yang ada di Indonesia wkwkkw. Jadi I'd better to keep my money. wkwkkw
Selesai menikmati kasawan Harajuku yang ga seperti gue bayangin, gue balik ke kawasan Asakusa tempat hostel gue berada. Tujuan pertama adalah Seonji Temple karena emang destinasi terdekat ke hostel. Gue ngabisin waktu di Seonji Temple +- 3 jam. Itu udah termasuk untuk foto-foto, jajan-jajan, dan beli oleh-oleh di Don Quijote (ini termasuk mart yang murah untuk beli oleh-oleh - sumber info mbah Google kwkkw). Di mart ini gue nemu pensil alisnya Shiseido yang warnanya bagus banget, dan setelah gue pake di Indonesia gue nyesal karena beli cuma 2 biji (warna cokelat dan hitam). Padahal harganya murah banget cuma ¥180 per buah.
Selesai belanja gue balik ke hostel untuk istirahat.
Oh iya, sebelum gue tidur, gue nyempetin nge-laundry di laundry coin yang ada di rooftop hostel. Rencananya sambil nge-laundry, gue pengen me-time nikmati pemandangan Tokyo Tower.
Tokyo Tower dari Rooftop Hostel
Tapi karena pas gue naik ada cowok Jepang yang lagi belajar untuk persiapan ujian tes kerja, akhirnya gue ngobrol-ngobrol aja bareng dia. Bukannya mau ganggu dia belajar, karena gue udah bilang untuk ninggalin gue dan kembali belajar. Tapi ngajak ngobrol terus sampe cucian gue hampir selesai dan dia balik ke kamarnya. Hahahaha.
Giliran pas gue ngejemur, ada lagi mas-mas Jerman yang mau jemur bajunya. Cakep sih, tapi gesture-nya melambai ahhahah. Skipppp.. wkwkw
Pas gue ngobrol-ngobrol, gue tahu dia udah 6 bulan ninggalin negaranya untuk travelling. Awalnya gue kira mahasiswa kayak kebanyakan bule dari Eropa yang melanglang buana untuk travelling. Tapi ternyata dia udah pernah kerja dan resign hanya untuk travelling.
Pas gue dengar itu, gue cuma mupeng. Kapan gue bisa gitu? Bisa travelling berbulan-bulan dan keluar dari tempat kerja gue sekarang.
Tapi gue belum siap. Secara materil, gue belum punya cukup. Apalagi kurs mata uang kita ke negara lain itu cukup rendah. Jadi ga bisa dibandingkan dengan dia yang udah kerja di Jerman dengan gaji Euro dan gue yang bergaji rupiah. hahaha. Dia nganggap hostel seharga ¥2000 Yen per malam itu ga mahal, di saat gue udah nganggap itu mahal karena di Indonesia gue udah bisa masuk hotel bintang 1 atau 2 kalau di Indonesia. wkwk
Selain itu, masalah paspor. Paspor kita dibanding paspor negara-negara Eropa dan Amerika ga ada apa-apanya soal kesaktiannya. Belumlah bisa belum pasti diterima, biaya ngurusnya juga mahal. Haahah. But still, one day i have a dream to do a long term travelling, maybe i will resign from my job earlier or i take an early retirement. May God bless all the plan!!!💪💪💪
Oh iya, untuk laundry ini gue cukup masukin 3 biji koin ¥100 untuk untuk berat maksimal 7 Kg. Kita ga perlu nyediain deterjen, karena emang udah tersedia gratis. Untuk pengeringnya gue ga make, karena di rooftopnya Iza Asakusa udah ada jemuran. Jadi gue milih ngejemur aja selain hemat duit, emang gue ga suka pakaian gue kena banyak proses mesin. Wong di Indonesia aja, di kosan yang ada layanan laundry gratis ga gue pake karena gue milih nyuci sendiri.
Oh iya, untuk laundry ini gue cukup masukin 3 biji koin ¥100 untuk untuk berat maksimal 7 Kg. Kita ga perlu nyediain deterjen, karena emang udah tersedia gratis. Untuk pengeringnya gue ga make, karena di rooftopnya Iza Asakusa udah ada jemuran. Jadi gue milih ngejemur aja selain hemat duit, emang gue ga suka pakaian gue kena banyak proses mesin. Wong di Indonesia aja, di kosan yang ada layanan laundry gratis ga gue pake karena gue milih nyuci sendiri.
June 1st of 2018
Hari ke-2 di Tokyo gue manfaatin untuk main ke Fujiko F. Fujio Museum. Awalnya sih pengen ke Ghibli Museum, tapi karena pas online booking tiketnya itu pas tanggal 10 Mei dan itu adalah hari Peringatan Kenaikan Tuhan Yesus (jadi gue ikut ibadah), gue jadi ga sempat untuk nyari tiket di pagi hari dan udah kelupaan pas kelar ibadahnya. Intinya gue ga dapat tiketnya. hahaha
Dan untuk yang Fujiko F. Fujio Museum, kita bisa beli di semua Lawson yang ada di Jepang. Gue beli tiketnya pun di Lawson dekat Meiji Jingu yang gue kunjungi sehari sebelumnya. Ga perlu bingung gimana cara belinya. Langsung ngomong aja sama petugas di Lawson-nya, they will pleasurely help you.
Untuk mencapai kawasan Fujiko F. Fujio Museum ini, tiket Metro Pass gue gak ngecover ongkosnya. Jadi gue keluar duit buat ongkos (¥230). Dari Noborito St. bakal ada bus shuttle (ongkos ¥220) sampe ke museumnya. Tapi karena gue panik pas nunggu shuttle bus-nya (gue sampe di Noborito St. itu jam 10 lewat 5 kayaknya) akhirnya gue jalan sejauh +-1,5 km ke museumnya. Ini gue panik karena di tiketnya tertulis kalau gue diizinin masuk hanya sampe batas 30 menit lewat dari jadwal yang gue booking. Oh iya, gue booking yang jam 10 pagi. Dan karena gue pede bisa meraih 1,5 km itu dalam kurang dari 20 menit, gue mutusin jalan kaki. Sialnya, setelah setengah jalan, busnya nongol. Eek banget hahaha.
Tepat jam 10.30, gue sampe di Museum dan gue nunjukin tiket gue ke petugas di depan pintu masuk dan disambut dengan senyum manis sama mbak-mbak petugasnya.
Selama berada di Museum, kita bakal dikasih audio gitu yang bakal menjadi pemandu kita untuk mengetahui cerita di Museum. Dan kita dilarang untuk makan dan minum, serta mengambil foto di dalam museum. Dan benar, gue ga berani nyuri-nyuri ngambil foto karena ga ada satu pun yang ngelakuin itu hahaha.
Tenang aja, bakal ada spot yang kita diijinin untuk foto-foto dan minum/makan. Tapi ya itu, untuk museum yang berisi karya-karya asli dan barang-barang asli Prof. Fujio, kita sama sekali ga bisa foto. Jadi itu hanya akan jadi konsumsi dan memori pribadi pengunjung. 😎😎😎.
Kurang lebih 1 jam berada di dalam museumnya, gue lanjut ke spot yang kita udah bebas untuk foto-foto. Kita juga punya jatah untuk nonton 1 film pendek karya Prof. Fujio. Durasi nontonnya itu bentar +-5 menit, kayak nonton 1 eps-nya Doraemon yang tayang di RCT* pas kita kecil dah ahhahaha. Syukurnya yang gue tonton di bioskop Fujiko F. Fujio Museum ini belum pernah gue tonton sebelumnya wkwkkw.
Selain itu juga ada manga corner. Tapi yah itu, semua manganya dalam kanji wkwkwk. Mana gue ngerti wkwkkw. Dan tak ketinggalan di rooftop-nya ada resto yang isinya makanan dan minuman bertema Doraemon. Di situ gue cuma beli Dorayaki dan roti Dorami. Itu aja udah ¥1200. Lebih mahal dari tiket masuk Museumnya wkwkkw
Oh iya, pengunjung mayoritas museum ini adalah anak-anak usia TK. hahahaha. Rata-rata orang Dewasa yang hadir di sana itu kayaknya bukan WN Jepang, walau ada 1-2 orang (kecuali yang bersama anak-anak). Dan gue sama sekali ga ketemu bule Kaukasian. Emang karena mereka ga kenal Doraemon (hasil pembicaraan dengan temen bule gue pas proyekan di EAWAG dan sama si mas-mas Jerman di hostel). wkwkk
Kalau kalian pecinta Doraemon, gue rekom ini tempat. it'll bring back your memory. The cost for the ticket and transport are worth with the happy memory you get. 😉😊😊
Oh iya, sebelum pintu keluarnya kita akan nemu toko souvenir karya-karya Prof. Fujio. Tapi mayoritas untuk tema Doraemon sih. Kalau kalian punya budget banyak, kalian bisa habisin di sini wkwkwk.
Gue ngabisin waktu di museum ini +-3,5 jam, dan gue lanjut ke Shibuya untuk ketemu dengan kak Tetty (kakak gue yang juga di Jepang untuk jalan-jalan tapi dengan destinasi dan maskapai serta budget yang beda wkwkw).
Di Shibuya kita ngabisin waktu banyakan di Uniqlo. Kalabbbb boookk hahah. Apalagi gue. Pas ngegesek CC rasanya berat. Tapi ngingat dengan jumlah item segitu gue bisa bayar 2x lipat di Indonesia, gue dengan berat hari tetap menggesek CC gue. hahah.
Sebelum khilaf di Uniqlo, kita makan dulu di outlet ramen yang katanya paling terkenal di Jepang, yaitu Ichiran Ramen. Itu juga kita pilih karena antriannya ga se-WOW pas di Kyoto dan Osaka. wkwkkw
Tapi yah, kalau dari gue sendiri, gue lebih suka ramen yang ada di Indonesia. Ramen di Jepang itu kaldu babinya terlalu kerasa. Hahahahah. Dan untuk pedasnya, ga ada sama sekali. Padahal selalu mesan yang spicy, tapi gue sama sekali ga ngerasa sedikitpun rasa pedas. wkwkkwk
Selesai khilaf dari Uniqlo, kita foto bentar di patung anjing paling terkenal karena kesetiannya, Hachiko. Rame amat bookkk. Kalau mau dapat foto, yah harus sigap untuk ambil posisi. wkwkkw.
Kita juga duduk-duduk bentar untuk nikmati Shibuya Crossing Intersection yang merupakan salah satu crossing intersection teramai di dunia.
Shibuya Crossing Intersection
With Hachico
Puas foto-foto di sana, kita lanjut ke Seonji Temple, karena kak Tetty yang belum ke sana sama sekali. Di sana kita cuma foto-foto, karena semua tenan dan toko souvenir-nya udah tutup.Jam 11-an malam kita balik dari Seonji Temple. Gue lanjut jalan kaki ke hostel, sementara kak Tetty harus naik subway sampe ke Ueno St.
Nyampe di hostel gue segera nge-pack-ingin semua barang. Berhubung gue juga belum check in online dan beli bagasi, gue sempetin dulu karena gue yakin barang gue udah over weight kalau masuk kabin.
Nah di sini juga sempat drama. Karena pembayaran ekstra baggage itu cuma bisa pake CC, gue pakelah CC gue. Nah percobaan pertama, dinyatakan pembayaran gue pake CC ga berhasil. Apalagi sms maupun email notifikasi gue ga ada masuk. Yaudah gue tunggu 10 menitan, gue coba lagi dan hasilnya sama aja: GAGAL.
Kesel dong ya. Udah gak bisa bayangin ongkos over baggage gue besok di bandara. Tapi +- 10 menit kemudian, sms dan email notifikasi CC gue masuk untuk 2x transaksi. Panik?? Banget!! Itu masalahnya bukan harga yang murah, +-¥5900 per transaksi, atau ditotal +- 1.5 jutaan. 😓😓😓
Langsung nge-wa ke abang dan kakak gue untuk minta bantuan. Berkutat +- 1,5 jam karena bagasi, akhirnya masalah bisa clear juga, setelah abang gue (bang Alex) nelpon ke customer service-nya AA. Mereka bilang transaksi pertama saya sudah berhasil tercatat di sistem mereka. Mungkin koneksi internet dan website-nya aja yang lagi gangguan. Untuk transaksi gue yang udah kadung kepotong di sistemnya CC akhirnya gue claim melalui website-nya AA di support.airasia.cim di menu bantuan pelanggan customer support >> email >> pengembalian dana >> pembayaran ganda.
Setelah kelar dengan bagasi dan klaim pembayaran ganda yang gue lakuin, jam setengah 2 pagi gue akhirnya bisa tidur dan harus bangun jam 5 pagi.
June 2nd of 2018
Pas alarm gue bunyi jam 5 pagi, rasanya itu berat banget. Gue antara pengen lanjut tidur atau segera bersiap-siap untuk berangkat ke bandara.
Nah penerbangan gue sebenernya jam 11 pagi. Tapi karena dari hasil riset gue di grup FB dan hasil googling, emang disaranin untuk udah di bandara maksimum 3 jam sebelum jadwal terbang. Maklum aja, walau Narita itu termasuk LCC Airport, tapi dalamnya termasuk luas juga. Belum lagi ketatnya pemeriksaan imigrasi dan sistem check in Air Asia. Yaudah gue ngikutin aja daripada ketinggalan pesawat dan harus beli tiket lagi hahahaha.
Jam 6an gue udah keluar dari hostel dan langsung menuju subway station. Dari Asakusa St., gue naik subway dulu sampe 1 kali pemberhentian yang kemudian dilanjut dengan naik Narita Skyaccess yang konek di halte subway Metro. Untuk subway-nya gue masih di-cover Metro Pass, karena 48 jam pemakaian gue belum berakhir.
Ongkos Narita Skyaccess gue bayar di pintu keluar pas di Narita Intl. Airport. Harga ongkosnya yaitu ¥1130. Emang lebih mahal dibanding naik Tokyo Shuttle Bus sih.
Tapi daripada berat-berat ngegotong barang dari Tokyo St. ke jalur bus dan buang-buang waktu juga, gue rela berkorbanlah untuk ¥130 itu. wkwkkw.
Sampe di Narita Intl. Airport, benar aja antrian di check in gate-nya AA udah mengular. Apalagi waktu untuk proses check in-nya cukup lama. Ini dikarenakan barang bawaan penumpang benar-benar ditimbang untuk memastikan ga ada penumpang yang lolos dari over baggage. KWwkkwkwkw. Iyalah mereka ga mau rugi. Emang AA terkenal dengan ongkos terbangnya yang murah, tapi ga untuk harga over baggage-nya wkwkkw.
Jadi gue nyaranin kalau kalian mau main ke Jepang dan punya sifat suka jajan barang lucu apalagi sulit didapat di Indonesia, siapin beli bagasi pas beli tiket (untuk yang paling murah) atau beli bagasi pas check in. Jangan sampe bayar pas di bandara, kalau ga mau bayar lebih mahal dari ongkos. Karena kelebihan 1 Kg aja dianggap kelebihan 15 Kg seharga +- ¥10000. Hahaahah.
Gue ngantri di gate-nya Air Asia itu +- 1 jam sampe bagasi gue masuk ke sistem mereka. Setelah itu gue jalan menuju gate-nya AA untuk persiapan boarding.
Di Narita Intl. Airport sebenarnya banyak toko duty free. Tapi gue ga punya waktu yang cukup untuk jalan-jalan di sana. Pas gue mau nambah beli oleh-oleh cemilan, antrian kasirnya udah mengular. Takut untuk kelewatan pengumuman jam boarding pesawat gue, gue mutusin untuk balik ke ruang tunggu aja.
Oh iya, gue nyaranin kalian untuk beli makanan untuk dimakan di pesawat atau bandara di luar bandara deh. Maksud gue udah nyiapin sebelumnya sebelum masuk bandara. Untuk minuman ga usah karena toh kan ga bisa bawa cairan >100 mL untuk penerbangan internasional, kalian bisa beli di vending machine aja karena emang banyak di dalam bandara dan harganya ga beda jauh sama dari luar. Tapi untuk makanan/cemilan, tenannya sulit banget dicari. Pas gue nyari dari peta bandaranya juga cuma ada 2 nama cafe, yang kebetulan sangat jauh posisinya dari ruang tunggu AA.
Karena ga nemu tempat untuk beli makanan buat ngeganjal perut, gue cuma beli kopi instan dari vending machine.
Jam setengah 11-an, panggilan boarding AA sudah bunyi. Kita masuk pesawat dan nunggu +- 1,5 jam juga sampe pesawat akhirnya lepas landas. Karena udah lapar, akhirnya gue beli makanan di pesawat dengan menu Nasi Kuning yang menurut gue rasanya eneg dengan harga Rp80.000 (udah include Aqua isi 350 mL). Daripada perut gue bermasalah karena ga diisi, gapapa deh duitnya melayang ahahhaha.
Terbang +- 7 jam plus +- 30-50 menit muter-muter di atasnya Bali (karena nunggu antrian mendarat di Ngurah Rai Intl. Airport), jam 6 sore waktu Bali kita mendarat. Turun dari pesawat dan nunggu bagasi sampe 1 jam juga. Benar-benar ini bagasinya lama banget sampe punya kita muncul. Saking penuhnya penumpang juga ya (Air Bus dan full seat juga).
Untungnya pas di Ngurah Rai kita diharuskan ngambil bagasi sebelum lanjut penerbangan ke Jakarta, gue bisa langsung ambil penerbangan ke Surabaya dari Ngurah Rai. Gue mesan via traveloka langsung begitu bagasi gue muncul, bener-bener 3 jam lebih beberapa menit sebelum jadwal terbangnya. Gue dapat harga nyaris IDR500ribu pake si pesawat singa merah.
Masih ada waktu 2,5 jam sebelum penerbangan gue, gue mutusin ngasoh di Concordia Lounge dengan manfaatin fasilitas CC gue. wkwkkw. Lumayan makan gratis dan nyaman. KWwkwkkw. Dan WOW-nya lagi, penerbangan gue dengan si Singa Merah sama sekali ga delay. On time. Hahahahahha
Tapi emang kondisinya Ngurah Rai lagi sepi banget, jadi penerbangan kayaknya emang dikit. Wwkwkw. Sungguh berkah luar biasa. Puji Tuhan.😊😊😊
Jam 10-an gue mendarat di Juanda Intl. Airport dan gue langsung pulang ke kosan tercinta untuk istirahat. Dan perjalanan liburan gue yang pertama kali ke Jepang pun berakhir. 😃😃
Dan sekarang, gue udah rindu suasana Jepang. Jalan kaki dari 1 pintu stasiun ke pintu stasiun lainnya. Rindu untuk ngelihat anak-anak sekolah di Jepang. Rindu jalan-jalan di taman bersih, indah nan sejuknya. Intinya rindu suasananya Jepang.
Langsung beda jauh dengan kondisi Surabaya. Hahahahaha
Japan, wait for me to come back for you!!!!
Gue pasti kembali lagi!! 💪💪💪😎😎😎😎
NB:
Untuk file excel itinerary dan detail budget-ingnya bisa dilihat di link ini. Kalau mau nanya-nanya, just sent me a message by fb, wa, line, or my IG account. Thank you so much to give your time to read my blog. 😉😉😉
https://docs.google.com/spreadsheets/d/1jCXiGk2j-U_OtQnVmCt4NeCf0RI337tvNmxa11MNXp0/edit?usp=sharing
Komentar