Everlasting story: Soposurung Fondation Dormitory (part 1) .... road to the celebration of the 11th year of TheUn19n

NB:
Ini adalah draft tulisan yang udah gue mulai tahun 2014. Ternyata berhenti dan akhirnya bisa gue lanjutin setelah 5 tahun. And this is a writing toad to the 11th birthday of my lovely generation of Yasop: TheUNION a.k.a TheUn19n a.k.a The 19th Gen of Yasop.


Awalnya, gue hanya berniat coba-coba dalam mengikuti tes masuk di sekolah ini. Hanya sebatas karena kesan 'keren' yang ditunjukkan oleh beberapa senior alumni SMP, yang datang untuk sosialisasi penerimaan siswa baru asrama Yayasan Soposurung (Yasop). Gue tertarik untuk mengikuti tes juga karena ingin terlihat keren dan pintar kalau berhasil lulus tes masuk.
Apalagi, seleksi masuk Yasop terkenal sebagai satu seleksi masuk tersulit di Sumatera Utara.

Seleksi masuk Yasop terdiri dari 3 tahap: seleksi administrasi, disusul seleksi akademis, dan terakhir tes kesehatan dan wawancara. Menarik untuk diikuti, pikirku saat itu.

Dimulai dengan seleksi administrasi. Kami hanya perlu melampirkan fotokopi rapor, Kartu Keluarga, piagam-piagam yang pernah diperoleh dan mengisi formulir pendaftaran. Meski hanya dengan syarat yang tidak terlalu rumit, bukan hal mudah untuk mendaftar. Gue belum memperoleh izin dari  keluarga, kecuali Bapak. Hanya Bapak seorang yang setuju dengan niatku 😅.
Namun dengan alasan untuk sekedar coba-coba untuk menguji kemampuan akademis yang gue pake untuk ngebujuk Mamak, kakak, dan abang-abang, akhirnya  dapat ijin ikut test. Yeay! Tahap I terlewati dengan mudah.

Yang mendaftar dari SMP N 1 Sidikalang, tergolong cukup banyak saat itu yaitu total 20 orang. Secara SMPN 1 Sidikalang termasuk prioritas bagi Yasop, karena selalu 'memasok' siswa ke Yasop. Padahal, untuk SMP lain hanya diberi kuota 5 orang untuk mendaftar. Jadi meski hanya masuk 10 besar se-SMP (tjiee sombong 😈😈), gue pun bisa ikut mendaftar.

Kira-kira 3 bulan sebelum bangku SMP berakhir, tes akademis dilaksanakan di SMA Negeri 2 Balige. Semua peserta ujian dari puluhan SMP di sekitaran Sumut (bahkan ada beberapa dari SMP luar Sumut) berkumpul di lapangan upacara untuk diberi pengarahan sebelum ujian dilaksanakan. Mungkin ada lebih dari 500 orang saat itu, yang akan memperebutkan 80 bangku + 10 cadangan calon siswa-siswi Yasop.
Mata pelajaran yang diujikan saat itu terdiri dari: Matematika, IPA (Fisika, Kimia, Biologi), dan Bahasa Inggris yang masing-masing dikasih waktu 90 menit (kalau ga lupa - udah 11 tahun lalu boookkk HAHHA).

Kira-kira sebulan setelah seleksi akademik dilaksanakan, tiba waktu pengumuman. Kalau ga salah, 15 dari 20 yang ikut tes, lanjut ke seleksi tahap berikutnya yaitu tes kesehatan dan wawancara.
Persiapan seleksi kesehatan, khususnya kekuatan fisik udah dilatih sejak kami mendaftar untuk seleksi administrasi. Dua (2) kali seminggu, guru olahraga ditugaskan sekolah untuk melatih kami lari keliling lapangan stadion, sit up, push up, dan pull up.

Tiba hari H pelaksanaan seleksi akademis, benar-benar menjadi hari yang melelahkan. Untungnya saat itu, aku kebagian melaksanakan tes wawancara lebih dulu. Masih ingat jelas, interviewer-nya saat itu adalah Mr. Pommer, yang nantinya menjadi guru ekskul English Class. Dan sialnya, terbawa sifat yang melankolis ini, pas wawancara, akunya nangis dong 😂. Dan kocaknya, alasan aku nangis itu karena cerita pohon di depan SMP ditebang yang buat aku sedih karena mikir pohon untuk memperlambat pemanasan global makin dikit 😂😂.

Untuk tes kesehatan aku cuma bisa lari 4 kali lapangan (tapi bener-bener lari loh, ga pernah jalan hehehe), push up < 20 kali, sit up +-10 kali (padahal selama latihan paling cuma bisa 2-3 kali 😂), pull up +-15 kali, dan lari angka 8 yang lupa entah berapa kali. Untuk tes kesehatan lainnya, kayak cek darah dan ambeien ga ada kesan apa-apa sih. Hanya agak malu aja pas disuruh nurunin CD untuk tes ambeien. wkwkwkw

Jujur, selesai pelaksanaan seleksi kesehatan dan wawancara, aku ga pede bakal terpilih sebagai calon siswa Yasop. Iya masih calon siswa alias casis karena bakal dikarantina 1-2 minggu lagi sebelum dikukuhkan sebagai siswa. Apalagi pas wawancara gue banyak gugupnya dan pake acara nangis lagi 😓. Secara tes kesehatan juga hasilnya rata-rata bahkan mungkin di bawah rata-rata.  Jadi bener-bener ga berharap untuk diterima, daripada sakit hati yekan. wkwkw

Tapi, tapi...
Ternyata gue lulus sebagai 80 casis dong. Seneng bukan main 😆.
Dari 15 orang yang lanjut tadi, 7 dari kita lusus. Gue, Theodora, Tiurma, Grace Sihotang, Samuel, Dwi, dan Fernandes. Menjadi 1 dari 2 SMP selain Budhi Dharma Balige, yang mengirimkan calon siswa terbanyak di angkatan kita.

Nah kembali ke awal cerita. Kan gue ikut tes cuma alasan 'iseng-iseng', biar diijinin sama keluarga.
Kembali berjuang lagi ini ceritanya.
Udah lulus Yasop masak buang gitu aja sih, egoku ngomong. Usaha lagi deh ngebujuk Mamak  sama saudara-saudara. Janji ga bakal sombong dan ini itu, kayak ciri-ciri anak Yasop lainnya yang dikenal sama kakak dan abang.
Dengan bantuan bujukan Bapak dan oppung, akhirnya gue diijinin untuk lanjut daftar ulang ke Yasop.

Dari waktu daftar ulang sampai jadwal masuk ke asrama, hanya ada jeda seminggu.
Padahal perlengkapan yang perlu disiapkan bisa dibilang cukup banyak. Apalagi gue yang tinggal di kabupaten jauh dari Kota Medan, jadi ga semua ada di kampung. Sama Mamak, disempetin bawa gue ke Medan untuk belanja ini itu. Dibekali sama Alkitab baru lagi, karena Alkitab yang di rumah itu milik bersama.

2 Juli 2008: tiba hari masuk ke asrama.
Semua calon siswa diantar keluarga masing-masing, mulai yang hanya ditemani orangtua, lengkap sekeluarga, atau bahkan juga dilengkapi kakek dan neneknya. Pokoknya, hari itu lapangan apel asrama ramai dengan casis dan keluarga yang bakal ninggalin para casis ini untuk memulai hidup baru sebagai siswa asrama.
Rambut casis wanita udah di atas sebahu semua dan yang pria udah ala-ala rambut tentara (meski ada stau dua yang masih agak panjang - menurut standar asrama wkwkkw, yang berikutnya tahulah yah, bakal digundulin sama senior 😜😜).

Duo Yos(h)ua yang ditakut-takutin dibilang bakal disuruh balik salah satunya, karena cuma butuh 1 Yos(h)ua.
Tepat pukul 14.00, seluruh casis disuruh berbasis di lapangan. Orangtua dan keluarga berada di luar lapangan. Ga ada satu pun casis lagi yang bisa kontak dengan keluarganya. Wajah-wajah orangtua (dan juga casis tentunya) udah menunjukkan wajah-wajah sedih dan terharu. Apalagi pas orang tua dan keluarga para casis dipersilakan untuk meninggalkan asrama. Ditambah, para casis disuruh dada-dada ke keluarga yang mulai menghilang satu-satu.
Itu benar-benar salah momen yang ga bakal bisa gue lupakan. Apalagi setelah itu, lebih banyak lagi momen-momen yang bikin ngeri saat itu, tapi akan selalu lucu untuk dikenang setelah keluarga dari asrama.

Setelah akhirnya ditinggalkan para orangtua dan keluarga, adegan seakan-akan di penjara pun terjadi. Teriakan dan seruan dari Senior Pelatih (SP) menggema di telinga.
Ada kesalahan sedikit, si casis akan dihukum push up atau dibentak-bentak.
Senior SMP: Kak Yolanda Togatorop (yang kebetulan juga sebagai SP) yang terlihat manis ketika datang promosi ke sekolah dulu, ternyata menjadi monster bertanduk tak terhingga.
Masih ingat karena menjawab pakai "Kak", langsung diteriakin dengan kalimat, "Siapa Kakakmu di sini?!!!" pas di depan muka.
Shock? Pasti. Tapi untungnya, kalau masalah gini ga terlalu cengeng, jadi ga sampai nangis kayak teman baru yang ada di depanku (the tallest girl in my year: Ms. Yesika Sitorus), yang sampe sesenggukan karena diteriakan karena bahunya ga bisa tegak lurus tapi agak bongkok pas berdiri.
Padahal, si SP (yang dulunya manis itu) pendeknya cuma ga sampai sedadanya Yesika 😂😂.
Kalau diingat-ingat itu bakal kocak banget sih 😁.

Ga usah nunggu lama untuk langsung dihukum jalan jongkok
Tanggal 2 Juli pukul 14.00 WIB adalah waktu dimulainya penderitaan karena ga cukup tidur dengan sejuta kegiatan: latihan baris-berbaris, lari keliling lapangan, push up, sit up, latihan pengukuhan, merapikan lemari sesuai standar anak Yasop, dan segudang kegiatan lainnya. Jadwal jam bangun pagi adalah pukul 05.00 WIB yang langsung dilanjut dengan senam pagi, pembersihan diri, serapan, dan segudang kegiatan dari pagi hingga malam. Dan jadwal jam tidur pukul 23.00 WIB yang tidak sesuai pada kenyataannya. Karena setelah dari jam 19.00 WIB dilakukan pembimbingan cara merapikan lemari dan kasur oleh beberapa SP, kurang lebih setengah jam sebelum jadwal jam tidur, datang SP "tukang sidak", yang bakal ngancurin isi lemari lagi kalau berdasarkan hasil pengukuran mereka dengan penggaris yang selalu mereka bawa, ada satu lembar baju yang kurang atau lebih dari 20 cm (untuk celana dan baju) serta 15cm (untuk daleman).  Dan kalaupun dirimu berhasil lulus dari pemeriksaan itu, tapi semisal ada teman sekamarmu yang ga lulus, dirimu ga diizinkan istirahat terlebih dulu. Dirimu harus membantu temanmu untuk merapikan miliknya. Bahkan, bila hanya dirimu yang rapi dari tiga orang lainnya teman sekamarmu, justru kamu yang akan dimarahi lebih. Karena dirimu dianggap egois. Jadi, harus "KORSA" itu istilahnya.

Mungkin dianggap lebay ya, kalau ngerapihin isi lemari yang isinya cuma masing-masing 5 pasang pakaian dalam, 5 kemeja, 5 kaos oblong, 2 pasang seragam, 2 jaket, 5 celana panjang, 2 pasang training butuh waktu lebih dari 4 jam. Masalahnya, selama dari jam 19.00 WIB, kita bukan cuma ngurusin isi lemari, tapi mayoritas waktu itu diisi senior yang datang berkunjung dan mengacau konsentrasi. Ditanyain macam-macam, disuruh ngapalin nama panjang mereka yang gimana bisa mau ingat dengan kadar istirahat yang sangat kurang sehingga kadar konsentrasi juga berkurang. Tapi itu faktanya.

Yang paling gue inget sebagai "senior iblis' saat itu adalah: kak Sehat Simamora.
Iya dia terkenal sebagai salah satu senior pemilik lemari pakaian paling segari di angkatannya. Dengan penggaris besi sepanjang 30cm, dia akan dengan anggunnya ngukur baju di lemari kita dan langsung narik satu tumpukan baju itu kalau dia nemu kurang atau lebih dari 20cm, meski hanya selisih 1 mm sekalipun.
Atau kalau lagi ga iseng ngancurin isi lemari, dia datang ke kamar dengan suara cemprengnya memperkenalkan namanya dengan sangat cepat: "Nama Kakak, Sehat Dinati Simamora". Dan langsung nunjuk salah satu penghuni kamar: "Kamu X, siapa nama kakak?"
Manalah bisa kita tangkap tadi dia bilang apa, karena senior yang ada di kamar bukan cuma dia seorang. Tapi ada 5-6 orang lainnya yang juga lagi ngomong.
Jawaban terngakak yang gue ingat itu - tapi lupa oleh siapa, "Siap nama Senior adalah Se Dinanti Simamora, Senior!". Mau ketawa, tapi takut. Akhirnya kuhanya bisa tersenyum simpul.
Dan karena di kamar kita ga ada yang bisa jawab dengan benar, kita berakhir dengan dihukum push up.

Oh iya, 3 orang teman sekamar pertama gue adalah: Mustika Sinaga, Laura Sihotang, dan Rahayu Situmorang di kamar 29. Kamar tukang tidur dan pemalas, namun diisi 2 seniman angkatan kita yaitu Laura dan Rahayu. Dan di kamar ini, cuma gue nantinya yang masuk kelas Sopo, lainnya ada di kelas Surung.

Di siang hari, ga kenal panas matahari mau seterik apa, yang pasti kita bakal selalu latihan baris berbaris. Semua barisan harus lurus dan kompak. Langkah kaki harus sama. Saat langkah menapak di kaki kiri, semua kaki harus napak di kaki kiri. Yang paling susah adalah ketika aba-aba "haluan". Selama pelaksanaan haluan, barisan dari mulai orang yang menjadi poros hingga ke orang paling ujung harus lurus. Bayangin, itu ada 13 orang di tiap saf dengan total 6 banjar. Latihan satu gerakan bisa memakan waktu berjam-jam sampai dianggap sempurna oleh tentara pelatih dan SP.

Waktu makan siang adalah waktu paling mengesalkan lainnya. Dengan nasi 1 termos (hampir penuh) menjadi jatah 6 orang. Artinya, 6 orang itu harus menghabiskan termos nasi itu. Tidak ada satu bulir nasi pun yang boleh sisa. Jadi sebelum disuruh berbaris hadap-hadapan, pastikan duduk berdekatan dengan orang yang bisa diajak kerjasama saling menghabiskan.
Dan waktu yang dikasih untuk menghabiskan makanan juga ga sampai 5 menit, sudah termasuk upacara memimpin doa untuk membuka dan menutup acara makan. Menjadi yang tercepat dalam menghabiskan makanan bukanlah pilihan yang baik, apalagi menjadi yang paling terakhir.
Jika dirimu selesai lebih dahulu, akan menerima konsekuensi disuruh lari-lari mengelilingi yang belum selesai makan sambil berseru "Ayo semangat teman-teman!" (kira-kira beginilah kata-katanya) untuk menyemangati mereka yang belum selesai makan. Oh iya, selam di-pelonco, makan siang dilaksanakan di lapangan apel. Makan pagi dan malam di selasar barak menuju ruang makan. Kita belum dianggap layak untuk makan di meja makan, karena belum menjadi siswa. 😓😓
Pada awalnya gue bersemangat untuk menjadi salah satu yang tercepat menghabiskan makanan (karena menghabiskan makanan bukanlah menjadi masalah, karena ga pernah bermasalah soal makan sejak di rumah). Tapi setelah melihat "reward" yang diberikan adalah disuruh lari, akhirnya gue memilih untuk memperlambat laju makan. Target hanya untuk menghabiskan makanan sebelum waktu 5 menit habis saja.
Karena, hukuman bagi yang terlambat makan lebih parah. Sudah diteriakan pas di depan muka untuk ngehabisin makanan (yang tentunya membuat semakin terintimidasi), juga bakal disuruh lari-lari atau push up nantinya.
Muntah karena ga sanggup ngabisin makanan? Lebih gawat lagi. Dirimu bakal disuruh makan muntahan itu lagi. 😨😰


Selain itu, kenapa gue bilang harus pinter-pinter nyari orang yang duduk berdekatan pas makan? Karena, kadang kita disuruh geser ompreng (tempat makan kita di asrama, ala2 'piring'/plat makan di penjara/RS) ke sebelah kita. Jadi kita makan ompreng punya kawan, kawan makan ompreng kita.
Kalau diinget-inget jijik sih sebenernya. Apalagi kalau kawan kita makannya jorok 😤😤. Dan gue inget siapa-siapa aja yang makannya jorok 😠😠.

Dan selama di pelonco, kayaknya kita semua jadi goblok-goblok deh. Misal nih, pas lagi istirahat minum habis baris berbaris atau lari keliling lapangan. SP akan iseng nanya kita yang lagi bengong karena kecapean, "Siapa nama KAPOLRI SUMUT?" -Iya sengaja gue capslock-. Dengan enteng dan pedenya kita bakal jawab SUTANTO (iya pada zaman itu kita hapal nama KAPOLRI, tapi bukan KAPOLRI SUMUT - karena ga ada wkwkwk. Bahkan kita bisa tidur (IYA TIDUR) sambil lari, berdiri, atau duduk loh wkwkkw.
Ga jarang juga di antara kita yang kentut dengan entengnya pas semua lagi senyap. Yang gue ingat itu kentutnya si Pirton, pas semua lagi posisi push up berantai di lapangan bola. Ga tau deh siapa yang di belakang dia. Nahas bener harus nerima gas buang dari dia wkwk. SP aja ga bisa marah pas denger itu suara kentut yang menggelegar, malah ketawa ngakak.

Selama masa perpeloncoan adalah salah satu masa terindah untuk dikenang namun ga pengen untuk gue ulang.
And, thank to God, kita seangkatan, ber-80 bisa melewati semuanya bareng-bareng. Ga ada satu pun yang gagal melewati masa perpeloncoan.

Tanggal 10 Juli 2008, kita ber-80 dikukuhkan bersama-sama melalui upacara pengukuhan yang dihadiri keluarga para siswa baru beserta beberapa undangan VIP. Yang gue ingat yang jadi VVIP tamu saat itu yaitu eks Gubernur Sumatera Syamsul Arifin yang menjadi tahanan korupsi saat ini 😓.

Upacara berlangusng hikmat. Ada rasa haru dan bangga terpancar dari wajah orang tua dan siswa baru pada saat nama satu persatu siswa dipanggil oleh MC.
Selesai upacara pengukuhan dan makan siang bersama, para siswa baru dikasih waktu kurang lebih 3 jam untuk keluarga bersama orangtua dan keluarganya. Sekedar untuk refreshing, sebelum akan dikarantina lagi selama 3 bulan (iya, angkatan kita beneran 3 bulan dong) tanpa bisa ketemu atau dihubungi oleh orang tua atau keluarga.
Jadi 3 jam waktu untuk 3 bulan ke depan tanpa komunikasi😢😢.

Setelah selesai refreshing singkat 3 jam, akhirnya kehidupan sebagai siswa asrama Yasop benar-benar dimulai. Hampir 3 tahun tinggal di sana, bersama 79 orang lainnya, wlaau bisa dibilang sebenarnya 80 orang lainnya, meski hanya beberapa bulan dengan 1 orang yang membuat citra angkatan kita tercoret selama di asrama dan menjadi cukup neraka bagiku bagi senior angkatan 18 😩😩. But, I'll continue this story on next part.

Angkatan 19 yang kita kasih nama TheUn19n (angka 9 itu menggantikan hurup 'o' dan juga bisa terlihat kayak hurup 'q', walau kesannya agak maksa sih wkwk) yang punya akronim: The Unique and Prospective Generation a.k.a Angkatan yang Unik dan Makmur.
Ini juga asal muasal samanya agak bingung kenapa bisa ke arah itu.
Tapi soal pilihan kata 'unique' itu, gue setuju sih. Di angkatan kita itu orangnya unik-unik (I'll spill some of the uniques later too).
Angkatan kita juga punya lagu angkatan yang menurut gue enak secara melodi dan liriknya. Dan itu orisinal lagu angkatan kita yang dikarang sama Laura Sihotang.
Ngarep sih, angkatan kita bisa bikin rekaman studi untuk lagu itu 😝😝. Hope, the time will come!




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bilur-bilur-Nya yang menyelamatkan (Yesaya 53:5)

New Beginning

My Priority