You choose it!!
Mayoritas dari kita pasti ada saatnya merasa gerah untuk diperhatikan dari orang di sekitar kita, baik itu orang tua, saudara, teman, dosen/guru atau siapapun itu yang ada di sekitar kita, untuk setiap hal yang kita lakukan. Semua orang ingin punya privasi pribadi dan waktu pribadi masing-masing. Sehingga perhatian orang lain kadang menjadi suatu hal yang sangat menjengkelkan.
Sebagai contoh perhatian dari orang tua. Orang tua kadang sangat ketat dalam memperhatikan dan mengawasi anak-anaknya. Sebagian besar orang tua benar-benar membuat aturan yang begitu ketat bagi anak-anaknya. Aturan jam belajarlah, aturan jam bermainlah, aturan jam tidurlah, aturan dalam bergaullah, dan banyak aturan lainnya yang secara kasat mata bagi kita anak-anaknya secara umum sangat menjengkelkan. Apalagi kita sebagai anak muda, yang masih berada pada masa aktif-aktifnya dan benar-benar ingin melakukan banyak hal. Aturan dan perhatian itu seakan-akan menjadi rantai yang begitu mengekang kita, yang pada akhirnya sering membuat kita memberontak. Kita belum sadar bahwa perhatian itu sebenarnya mereka berikan karena mereka begitu mengasihi kita. Mereka tidak menginginkan sesuatu hal buruk terjadi pada kita untuk saat ini dan untuk di waktu yang akan datang.
Demikian perhatian Tuhan kepada kita anak-anaknya. Peraturan dan larangan yang Dia berikan kepada manusia melalui firman-Nya juga adalah untuk kebaikan manusia. Juga untuk setiap perbuatan dan kehendak-Nya yang Dia lakukan dalam kehidupan kita, yang sering kita protes. Kita marah ketika Tuhan gak ngabulin semua yang kita minta. Kita protes untuk semua yang kita dapat dan yang orang lain dapat. Kita protes, ketika Tuhan seakan-akan menutup jalan kita dengan memberikan begitu banyak cobaan. Kita belum sadar sepenuhnya apa alasan Tuhan melakukan itu semua. Kita hanya tahunya marah dan mengeluh. Bahkan tanpa sadar kita sering menolak campur tangan-Nya bahkan memerintah Tuhan untuk tidak campur tangan dalam kehidupan kita. Kita belum menyadari besarnya kasih Tuhan dalam kehidupan kita.
Berikut ilustrasi tentang kasih, yang di akhirnya kita bisa milih untuk menentukan respon yang akan kita berikan terhadap perhatian yang kita peroleh.
Anton seorang remaja berumur 17 tahun yang sedang berada dalam masa transisinya. Saat ini dia sedang duduk di bangku kelas XII SMA. Masa-masa aktif dan ekspresif pada pertumbuhan. Dia ingin melakukan banyak hal dalam hidupnya. Dia ingin mencoba banyak hal. Dia ingin bergaul dengan banyak orang. Namun, ada satu hal yang menghambatnya untuk melakukan hal-hal yang sudah dia list untuk lakukan, perhatian dan batas-batas yang ayahnya berikan. Dia dimarahi ketika ketahuan merokok di kamarnya. Ayahnya tidak membelikannya PS 3 ketika dia meminta untuk dibelikan PS 3 sebagai kado ulang tahunnya. Dia tidak diijinkan pulang melebihi jam 8 malam, dan dimarahi habis-habisan dan dilarang keluar rumah selama 3 hari, selain ke sekolah ketika sekali waktu dia pulang jam 10 malam sehabis bermain dengan teman-temannya. Dia gerah dengan semua aturan dan perhatian ayahnya yang menurutnya berlebihan, mengingat dia yang sudah menurutnya sudah cukup dewasa di usianya yang sudah 17 tahun untuk menentukan sendiri pilihan hidupnya. Sampai suatu waktu ketika ayahnya sedang menasihatinya, dia berteriak marah kepada ayahnya dan meminta ayahnya untuk berhenti campur tangan dalam hidupnya. Ayahnya terdiam mendengar teriakan amarah Anton. Beberapa menit terdiam, dengan sedih, akhirnya ayahnya berkata kepada Anton, "Nak, Ayah minta maaf buat semua hal yang Ayah lakukan yang membuat Anton merasa tidak nyaman. Ayah minta maaf karena sudah melarang Anton melakukan ini-itu. Ayah minta maaf karena sering memarahi kamu. Tapi satu hal yang Anton perlu tahu, Ayah melakukan itu semua karena Ayah sayang sama Anton. Namun karena Anton merasa tidak nyaman dengans emua itu, mulai saat ini Ayah janji gak akan campur tangan lagi untuk semua urusan Anton. Ayah minta maaf, Nak."
Seusai berkata hal itu, ayah Anton berlalu dari hadapan Anton. Meski awalnya berasa aneh dan terkejut mendengar kata-kata ayahnya, Anton merasa senang dan bebas karena akhirnya dia akan bebas melakukan semua hal yang dia inginkan.
Dua minggu berlalu dari kejadian itu, Anton masih merasa nyaman atas ketiadaan perhatian dari ayahnya lagi. Dia bebas pulang kapan saja dia mau. Dia semakin sering untuk mencoba rokok. Dia akhirnya bisa membeli PS 3 karena sudah diberikan uang oleh ayahnya. Dan banyak hal lain yang sudah dia lakukan, yang dulunya selalu dibatasi oleh ayahnya. Sebulan berlalu, sudah hampir semua dia lakukan. Dia sudah mulai bosan karena ternyata yang hal-hal yang dia lakukan tidak semenarik dulu ketika ayahnya melarangnya. Apalagi akhirnya dia meras mulai kehilangan perhatian ayahnya. Di pagi hari dia sudah jarang bertemu ayahnya. Tidak ada lagi sapaan selamat pagi dan nasihat untuk baik-baik belajar di sekolah. Di malam hari ketika dia pulang terlambat, tidak ada lagi omelan yang menyapanya di rumah. Pada akhirnya dia merasa kehilangan itu semua. Dia mulai merasa kehilangan ayahnya.
Dia mulai mencari-cari perhatian ayahnya. Dia merokok di depan ayahnya, namun tidak ada omelan yang dia terima. Dia mencuri uang dari dompet ayahnya, namun tidak ada hukuman seperti dulu lagi. Anton akhirnya merasa benar-benar sedih dan kecewa pada dirinya sendiri. Dia mulai mencoba menarik perhatian ayahnya dengan hal-hal baik. Dia yang mulai menyapa ayahnya di pagi hari, namun tak ada respon sama sekali. Dia selalu pulang cepat dan mengerjakan semua tugas sekolah sebelum ayahnya pulang dan bersiap menyambut ayahnya dengan senyum hangat ketika ayahnya pulang dari kantor. Namun sama saja, tidak ada respon sama sekali bahkan ayahnya seakan-akan benar tidak peduli dengan keberadaannya. Anton merasa semakin sedih. Dia mencari-cari segala cara untuk mengembalikan perhatian ayahnya seperti dulu lagi. Dia bertekad untuk belajar dengan rajin dan ingin menunjukkan hasil ujiannya yang terbaik kepada ayahnya, dengan tujuan untuk membuat ayahnya kembali tersenyum. Hasil ujian tengah semester dan hasil kuis yang untuk pertama kalinya selama 12 tahun dia bersekolah dengan nilai rata-rata 90 juga tidak juga membuat ayahnya berpaling kepadanya dan kembali memperhatikannya. Anton semakin terpuruk dengan kesedihannya. Namun dia belum berputus asa dan bertekad untuk mengembalikan perhatian ayahnya seperti dulu lagi. Saat ini, dia lebih menginginkan ayahnya melarangnya untuk melakukan ini-itu, tidak memberinya uang untuk membeli ini itu, memarahinya ketika dia ketahuan merokok dan pulang terlambat. Dia bertekad membuat ayahnya bangga dan kembali seperti dulu lagi. Dia semakin rajin belajar, sampai akhirnya hari kelulusan tiba. Dia ingin membuat ayahnya berdiri bangga di pembacaan kelulusan nanti. Anton berhasil lulus sebagai 3 besar di sekolahnya. Dia ingin memberitahu hal itu kepada ayahnya, sehingga ayahnya nanti mempersiapkan yang terbaik di acara kelulusannya nanti. Namun, hal itu belum juga membuat ayahnya berpaling padanya. Anton benar-benar merasa seolah-olah dirinya ditampar berulang-ulang oleh kata-katanya beberapa bulan lalu. Dia akhirnya sangat menyesali perkataannya. Dia menangis sejadi-jadinya tersungkur di hadapan ayahnya. Dia memeluk kaki ayahnya dan menangis. Dia menangis dan meminta maaf kepada ayahnya. Dia memohon ayahnya untuk kembali berpaling kepadanya. Dia menyesal untuk semua yang sudah dia lakukan. Dia merindukan ayahnya seperti dulu lagi. Dia tidak mau kehilangan perhatian dan kasih dari ayahnya.
Demikianlah kehidupan kita sebagai manusia. Kita yang mudah sekali untuk berteriak marah kepada Tuhan ketika Dia sedang bekerja dalam kehidupan kita, yang tidak sesuai dengan kehendak kita. Kita selalu berusaha keluar dari jalur yang sudah Dia buatkan untuk kita. Kita seolah-olah tidak merasakan kehadiran-Nya ketika niat dosa timbul di dalam hati kita. Kita menyangkal kehadiran-Nya dalam setiap langkah kita.
Akan tiba saatnya ketika Tuhan seolah-olah meninggalkan kita. Akan tiba saatnya ketika Tuhan akan berhenti campur tangan dalam segala kehidupan kita, ketika kita memerintahkan-Nya untuk berhenti bekerja dalm hidup kita. Akan tiba saatnya ketika kita akan berjalan sendiri!
Namun, ketahuilah dan sadarilah, tidak akan pernah ada waktu dalam kehidupan kita, di mana kita bisa berjalan dan melangkah sendiri. Kita tidak akan pernah bisa melakukan semuanya sendiri. Kita hanyalah manusia biasa yang gak punya kemampuan apa-apa. Ketika kita kuat, kita merasa itu adalah kekuatan kita. Ketika kita pintar, kita merasa kepintaran itu memang milik kita. Ketika kita kaya, kita juga meras, memang harta dan kekayaan itu adalah milik kita.
Sekarang kita bisa memilih apa respon yang akan kita berikan. Kita bisa memilih apa langkah yang harus kita pilih. Tuhan akan selalu ada, ketika kita meminta Dia untuk menuntun jalan kita. Tinggal di diri kita, apakah kita memilih taat atau memberontak. You choose it!!!!!
Sebagai contoh perhatian dari orang tua. Orang tua kadang sangat ketat dalam memperhatikan dan mengawasi anak-anaknya. Sebagian besar orang tua benar-benar membuat aturan yang begitu ketat bagi anak-anaknya. Aturan jam belajarlah, aturan jam bermainlah, aturan jam tidurlah, aturan dalam bergaullah, dan banyak aturan lainnya yang secara kasat mata bagi kita anak-anaknya secara umum sangat menjengkelkan. Apalagi kita sebagai anak muda, yang masih berada pada masa aktif-aktifnya dan benar-benar ingin melakukan banyak hal. Aturan dan perhatian itu seakan-akan menjadi rantai yang begitu mengekang kita, yang pada akhirnya sering membuat kita memberontak. Kita belum sadar bahwa perhatian itu sebenarnya mereka berikan karena mereka begitu mengasihi kita. Mereka tidak menginginkan sesuatu hal buruk terjadi pada kita untuk saat ini dan untuk di waktu yang akan datang.
Demikian perhatian Tuhan kepada kita anak-anaknya. Peraturan dan larangan yang Dia berikan kepada manusia melalui firman-Nya juga adalah untuk kebaikan manusia. Juga untuk setiap perbuatan dan kehendak-Nya yang Dia lakukan dalam kehidupan kita, yang sering kita protes. Kita marah ketika Tuhan gak ngabulin semua yang kita minta. Kita protes untuk semua yang kita dapat dan yang orang lain dapat. Kita protes, ketika Tuhan seakan-akan menutup jalan kita dengan memberikan begitu banyak cobaan. Kita belum sadar sepenuhnya apa alasan Tuhan melakukan itu semua. Kita hanya tahunya marah dan mengeluh. Bahkan tanpa sadar kita sering menolak campur tangan-Nya bahkan memerintah Tuhan untuk tidak campur tangan dalam kehidupan kita. Kita belum menyadari besarnya kasih Tuhan dalam kehidupan kita.
Berikut ilustrasi tentang kasih, yang di akhirnya kita bisa milih untuk menentukan respon yang akan kita berikan terhadap perhatian yang kita peroleh.
Anton seorang remaja berumur 17 tahun yang sedang berada dalam masa transisinya. Saat ini dia sedang duduk di bangku kelas XII SMA. Masa-masa aktif dan ekspresif pada pertumbuhan. Dia ingin melakukan banyak hal dalam hidupnya. Dia ingin mencoba banyak hal. Dia ingin bergaul dengan banyak orang. Namun, ada satu hal yang menghambatnya untuk melakukan hal-hal yang sudah dia list untuk lakukan, perhatian dan batas-batas yang ayahnya berikan. Dia dimarahi ketika ketahuan merokok di kamarnya. Ayahnya tidak membelikannya PS 3 ketika dia meminta untuk dibelikan PS 3 sebagai kado ulang tahunnya. Dia tidak diijinkan pulang melebihi jam 8 malam, dan dimarahi habis-habisan dan dilarang keluar rumah selama 3 hari, selain ke sekolah ketika sekali waktu dia pulang jam 10 malam sehabis bermain dengan teman-temannya. Dia gerah dengan semua aturan dan perhatian ayahnya yang menurutnya berlebihan, mengingat dia yang sudah menurutnya sudah cukup dewasa di usianya yang sudah 17 tahun untuk menentukan sendiri pilihan hidupnya. Sampai suatu waktu ketika ayahnya sedang menasihatinya, dia berteriak marah kepada ayahnya dan meminta ayahnya untuk berhenti campur tangan dalam hidupnya. Ayahnya terdiam mendengar teriakan amarah Anton. Beberapa menit terdiam, dengan sedih, akhirnya ayahnya berkata kepada Anton, "Nak, Ayah minta maaf buat semua hal yang Ayah lakukan yang membuat Anton merasa tidak nyaman. Ayah minta maaf karena sudah melarang Anton melakukan ini-itu. Ayah minta maaf karena sering memarahi kamu. Tapi satu hal yang Anton perlu tahu, Ayah melakukan itu semua karena Ayah sayang sama Anton. Namun karena Anton merasa tidak nyaman dengans emua itu, mulai saat ini Ayah janji gak akan campur tangan lagi untuk semua urusan Anton. Ayah minta maaf, Nak."
Seusai berkata hal itu, ayah Anton berlalu dari hadapan Anton. Meski awalnya berasa aneh dan terkejut mendengar kata-kata ayahnya, Anton merasa senang dan bebas karena akhirnya dia akan bebas melakukan semua hal yang dia inginkan.
Dua minggu berlalu dari kejadian itu, Anton masih merasa nyaman atas ketiadaan perhatian dari ayahnya lagi. Dia bebas pulang kapan saja dia mau. Dia semakin sering untuk mencoba rokok. Dia akhirnya bisa membeli PS 3 karena sudah diberikan uang oleh ayahnya. Dan banyak hal lain yang sudah dia lakukan, yang dulunya selalu dibatasi oleh ayahnya. Sebulan berlalu, sudah hampir semua dia lakukan. Dia sudah mulai bosan karena ternyata yang hal-hal yang dia lakukan tidak semenarik dulu ketika ayahnya melarangnya. Apalagi akhirnya dia meras mulai kehilangan perhatian ayahnya. Di pagi hari dia sudah jarang bertemu ayahnya. Tidak ada lagi sapaan selamat pagi dan nasihat untuk baik-baik belajar di sekolah. Di malam hari ketika dia pulang terlambat, tidak ada lagi omelan yang menyapanya di rumah. Pada akhirnya dia merasa kehilangan itu semua. Dia mulai merasa kehilangan ayahnya.
Dia mulai mencari-cari perhatian ayahnya. Dia merokok di depan ayahnya, namun tidak ada omelan yang dia terima. Dia mencuri uang dari dompet ayahnya, namun tidak ada hukuman seperti dulu lagi. Anton akhirnya merasa benar-benar sedih dan kecewa pada dirinya sendiri. Dia mulai mencoba menarik perhatian ayahnya dengan hal-hal baik. Dia yang mulai menyapa ayahnya di pagi hari, namun tak ada respon sama sekali. Dia selalu pulang cepat dan mengerjakan semua tugas sekolah sebelum ayahnya pulang dan bersiap menyambut ayahnya dengan senyum hangat ketika ayahnya pulang dari kantor. Namun sama saja, tidak ada respon sama sekali bahkan ayahnya seakan-akan benar tidak peduli dengan keberadaannya. Anton merasa semakin sedih. Dia mencari-cari segala cara untuk mengembalikan perhatian ayahnya seperti dulu lagi. Dia bertekad untuk belajar dengan rajin dan ingin menunjukkan hasil ujiannya yang terbaik kepada ayahnya, dengan tujuan untuk membuat ayahnya kembali tersenyum. Hasil ujian tengah semester dan hasil kuis yang untuk pertama kalinya selama 12 tahun dia bersekolah dengan nilai rata-rata 90 juga tidak juga membuat ayahnya berpaling kepadanya dan kembali memperhatikannya. Anton semakin terpuruk dengan kesedihannya. Namun dia belum berputus asa dan bertekad untuk mengembalikan perhatian ayahnya seperti dulu lagi. Saat ini, dia lebih menginginkan ayahnya melarangnya untuk melakukan ini-itu, tidak memberinya uang untuk membeli ini itu, memarahinya ketika dia ketahuan merokok dan pulang terlambat. Dia bertekad membuat ayahnya bangga dan kembali seperti dulu lagi. Dia semakin rajin belajar, sampai akhirnya hari kelulusan tiba. Dia ingin membuat ayahnya berdiri bangga di pembacaan kelulusan nanti. Anton berhasil lulus sebagai 3 besar di sekolahnya. Dia ingin memberitahu hal itu kepada ayahnya, sehingga ayahnya nanti mempersiapkan yang terbaik di acara kelulusannya nanti. Namun, hal itu belum juga membuat ayahnya berpaling padanya. Anton benar-benar merasa seolah-olah dirinya ditampar berulang-ulang oleh kata-katanya beberapa bulan lalu. Dia akhirnya sangat menyesali perkataannya. Dia menangis sejadi-jadinya tersungkur di hadapan ayahnya. Dia memeluk kaki ayahnya dan menangis. Dia menangis dan meminta maaf kepada ayahnya. Dia memohon ayahnya untuk kembali berpaling kepadanya. Dia menyesal untuk semua yang sudah dia lakukan. Dia merindukan ayahnya seperti dulu lagi. Dia tidak mau kehilangan perhatian dan kasih dari ayahnya.
Demikianlah kehidupan kita sebagai manusia. Kita yang mudah sekali untuk berteriak marah kepada Tuhan ketika Dia sedang bekerja dalam kehidupan kita, yang tidak sesuai dengan kehendak kita. Kita selalu berusaha keluar dari jalur yang sudah Dia buatkan untuk kita. Kita seolah-olah tidak merasakan kehadiran-Nya ketika niat dosa timbul di dalam hati kita. Kita menyangkal kehadiran-Nya dalam setiap langkah kita.
Akan tiba saatnya ketika Tuhan seolah-olah meninggalkan kita. Akan tiba saatnya ketika Tuhan akan berhenti campur tangan dalam segala kehidupan kita, ketika kita memerintahkan-Nya untuk berhenti bekerja dalm hidup kita. Akan tiba saatnya ketika kita akan berjalan sendiri!
Namun, ketahuilah dan sadarilah, tidak akan pernah ada waktu dalam kehidupan kita, di mana kita bisa berjalan dan melangkah sendiri. Kita tidak akan pernah bisa melakukan semuanya sendiri. Kita hanyalah manusia biasa yang gak punya kemampuan apa-apa. Ketika kita kuat, kita merasa itu adalah kekuatan kita. Ketika kita pintar, kita merasa kepintaran itu memang milik kita. Ketika kita kaya, kita juga meras, memang harta dan kekayaan itu adalah milik kita.
Sekarang kita bisa memilih apa respon yang akan kita berikan. Kita bisa memilih apa langkah yang harus kita pilih. Tuhan akan selalu ada, ketika kita meminta Dia untuk menuntun jalan kita. Tinggal di diri kita, apakah kita memilih taat atau memberontak. You choose it!!!!!
Komentar